Laporan Pratikkum Kimia Organik Ekstraksi minyak ikan
|
Selasa, 08 September 2015
|
dari
,
ekstraksi
,
ikan
,
kimia organik
,
Laporan
,
limbah
,
minyak
,
patin
,
pratikkum
,
universitas riau
,
unri
,
ur
|
PRATIKUM KIMIA
ORGANIK
Kelompok 4
Leni
Triani 1407112363
Maggie
Darlene Lautama 1407113363
Nandra Saputra 1407114799
Rawdatul Fadila 1407119346
Wiriyan Jordy 1407114165
Percobaan
VIII
Ekstraksi
Minyak Ikan Dari Limbah Ikan Patin
Asisten:
Noferi
Yanli
Dosen
Pengampu:
Dra.
Wisrayetti, Msi
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
2015
Lembar Pengesahan Laporan Pratikum Kimia Organik
Ekstraksi Minyak
Ikan dari Limbah Ikan Patin
Dosen pengampu pratikum kimia
organik dengan ini menyatakan bahwa :
Kelompok
04 :
Leni Triani 1407112363
Maggie
Darlene Lautama 1407113363
Nandra
Saputra 1407114799
Rawdatul
Fadila 1407119346
Wiriyan
Jordy 1407114165
1.
Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh
Dosen Pengampu/Asisten Pratikum.
2.
Telah menyelesaikan laporan lengkap pratikum ekstraksi
minyak ikan dari limbah ikan patin dari pratikum kimia organik yang disetujui oleh Dosen
Pengampu/Asisten Pratikum.
Catatan
Tambahan :
|
Dosen
Pengampu
Pekanbaru,
April 2015
Dra.
Wisrayetti, Msi
ABSTRAK
Minyak ikan
termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak ikan
mengandung vitamin A dan D yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Salah satu ikan yang dapat dimanfaatkan adalah ikan patin. Ikan patin (Pangasiaus Sp)
adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang telah berhasil dibudidayakan.
Tujuan percobaan ini adalah Mengekstraksi minyak ikan dari limbah ikan
patin, Menghitung rendemen, Menentukan kadar asam lemak bebas dalam minyak ikan
dari limbah ikan patin.Pada percobaan ini, lemak ikan patin sebanyak 781,3 gram
dimasukkan ke dalam oven selama 4 jam. Kemudian hasil pengovenan diperas dan menghasilkan minyak ikan sebanyak 523,511
gram. Selanjutnya dilakukan penentuan kadar asam lemak bebas terhadap minyak
ikan dengan cara titrasi dengan NaOH. Proses titrasi diawali dengan pencampuran
20 ml minyak dengan 20 ml alkohol dan ditambahkan 3 tetes phenophtalein
kemudian dilakukan titrasi sampai ada warna merah muda dan NaOH yang terpakai
sebanyak 1,8 ml. kadar asam lemak bebas yang didapat adalah sebesar 0.286%.
Untuk pengujian densitas didapat massa jenis minyak ikan sebesar 0,7983 gr/ml dan
rendemen dari minyak ikan patin yang dihasilkan sebesar 67,005 %.
Kata kunci : Asam lemak bebas, densitas, dry rendering,
ekstraksi, ikan patin,oven
ABSTRAK
Fish oils including lipid compounds that are not soluble in water.
Fish oil contains vitamins A and D are beneficial for human health. One of the
fish is the catfish can be utilized. Catfish (Pangasiaus Sp) is one of the
fishing waters of Indonesia, which has been successfully cultivated. Purpose of
this experiment is fish oil extracts from catfish waste, Counting yield,
Determining levels of free fatty acids in fish oil from catfish waste. In this
experiment, fat catfish as much as 781,3 grams put in the oven for 4 hours.
Then the results pengovenan squeezed and produce as many as 523,511 grams of
fish oil. Further determination of free fatty acid levels on fish oil by
titration with NaOH. Titration process begins with mixing 20 ml of the oil with
20 ml of alcohol and added 3 drops phenophtalein then performed titration until
the pink color disappears and the solution of NaOH are used as much as 1,8 ml.
free fatty acid levels were obtained at 0,286%. For testing density of fish oil
density obtained at 0,7983 gr/ml and the yield of catfish oil produced by 67,005%.
Keywords : catfish, density, dry
rendering, extraction, free fatty acids, oven
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................... i
Abstrak ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
Daftar Gambar......................................................................................................... iv
Daftar Tabel ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................
1
1.2. Tujuan Pratikum ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Ikan
Patin .......................................................................................... 2
2.2.
Mnafaat
Ikan Patin............................................................................. 3
2.3.
Lemak/Minyak
Ikan........................................................................... 4
2.4.
Ekstraksi............................................................................................ 6
2.5.
Minyak
dan Lemak.......................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Bahan – Bahan yang Digunakan ...................................................... 14
3.2. Alat – Alat yang digunakan.............................................................
14
3.3. Prosedur Praktikum
......................................................................... 15
3.4 Rangkaian Alat................................................................................. 15
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum................................................................................
17
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 19
5.2 Saran ................................................................................................ 19
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 20
Lampiran A Laporan Sementara ......................................................................... 21
Lampiran B Perhitungan........................................................................................... 22
Lampiran
C Dokumentasi Pelaksanaan Pratikum ................................................. 23
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Ikan Patin (Pangasius Sp.) .................................................................... 2
Gambar 3.1 Limbah Ikan di Oven..............................................................................
15
Gambar 3.2 Rangkaian Alat
Proses Pemisahan...........................................................
16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pelarut Non-Polar ..................................................................................... 9
Tabel
2.2 Pelarut Polar..............................................................................................
10
Tabel
2.3 Asam Lemak
Jenuh...................................................................................
12
Tabel 2.4 Asam Lemak Tak Jenuh.............................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wilayah Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat
baik untuk berkontribusi dalam pemenuhan gizi masyarakat. Ikan patin (Pangasiaus Sp)
adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang telah berhasil dibudidayakan. Sebagai ikan unggul dan ekonomis,
pengembangan budidaya ikan ini cukup prospektif. Ikan patin memiliki
karakteristik rasa yang sangat khas, mempunyai rasa yang enak dan gurih yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum, sehingga tergolong ikan unggul, serta
memiliki nilai gizi yang tinggi terutama kandungan protein dan lemak (Ahira, 2009).
Minyak ikan termasuk
senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak
ikan dapat mencegah beberapa penyakit antara lain jantung koroner, kelebihan
kolesterol darah, penyakit kanker, mengobati kerontokan rambut danuntuk
kekebalan tubuh. Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati
ikan (fish liver oil) yang
terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya
adalah minyak tubuh ikan (body oil) (Ahira, 2009).
Pada
percobaan ini, pengambilan minyak ikan dari limbah ikan patin menggunakan
metode ekstraksi yaitu suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Metode ekstraksi yang digunakan
adalah dengan cara dry rendering
(tanpa penambahan air) selama proses berlangsung (Ahira, 2009).
1.2.
Tujuan Praktikum
1.
Mengisolasi minyak ikan dari limbah ikan patin
2.
Menghitung
rendemen.
3.
Penentuan
kadar asam lemak bebas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Patin
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar,
berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan.
Ikan patindikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga
jualyang tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dandiminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian
makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalamusia enam bulan ikan patin bisa
mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluargaPangasidae, ikan ini tidak
membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada
perairan yang tidak mengalir dengan kandungan
oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkanikan ini. Ikan
patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warnaputih seperti perak,
punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan cirikhas golongan
catfish). Pada sudut
mulutnya terdapat dua pasang kumispendek yang berfungsi sebagai peraba
(Warintek, 2001).
Gambar 2.1 Ikan patin (Pangasius sp.) (Warintek, 2001).
Patin
adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang telah berhasil dibudidayakan. Sebagai
ikan unggul dan ekonomis, pengembanganbudi daya ikan ini cukup prospektif.
Patin merupakan ikan sungai dan muara-muara sungai serta danau. Larva patin
dapat hidup pada perairan sampaisalinitas 5000 ppm. Patin dikenal sebagai hewan
nokturnal, yakni hewan yangaktif pada malam hari dan sebagai hewan dasar, hal
ini dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah. Penyebaran patin
meliputi berbagai negara,salah satunya di Indonesia, khususnya di pulau
Kalimantan tepatnya di sungaiMahakam di mana termasuk sungai yang luas di
Indonesia. Berbagai jenis ikan ini berkembang biak dengan baik dan merupakan
makanan favorit dikalanganmasyarakat. Di alam, patin memakan ikan kecil,
cacing, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan,
udang-udang kecil dan moluska. Dalam pemeliharaannya, patin dapat memakan pakan
buatan (artificial foods) berupa
pelet Ikan patin memiliki karakteristik rasa yangsangat khas, mempunyai rasa yang enak dan gurih yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat umum, sehingga tergolong ikan unggul, serta memiliki nilaigizi yang
tinggi terutama kandungan protein dan lemak. Akhir-akhir ini konsumsi lemak dan minyak yang tinggi dihubungkan
dengan berbagai penyakit seperti obesitas, kanker, penyakit empedu,
peningkatan kolesterol dan resiko jantung koroner menyebabkan timbulnya
kecenderungan menurunkan konsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak
jenuh danmeningkatkan konsumsi lemak dan
minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA)
dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)
yang merupakan asam lemak esensial (Warintek, 2001).
2.2 Manfaat Ikan Patin
Ikan patin merupakan salah satu
ikan air tawar yang kaya denganlemak ikan yang bagus untuk kesihatan kita.
Kandungan ikan patin / Dory
(Pangasius) kaya akan manfaat seperti jenis ikan lainnya, karena selain
merupakan sumber protein juga mengandung berbagai zat yang sangatbermanfaat,
diantaranya : asam lemak tak jenuh Omega-3, Selenium, danTaurin. Potensi
kemanfaatan ini juga dilihat dari analisis kandungan gizi ikan ini mengandung
16,08% protein, kandungan lemak sekitar 5,75%,karbohidrat 1,5%, abu 0,97 % dan
air 75,7%. Kandungan zat gizi yang terdapat
pada ikan antara lain :
1.
Omega 3, untuk proses perkembangan otak pada janin dan
penting untuk perkenbangan fungsi saraf dan penglihatan bayi.
2. Mengandung serat protein yang
pendek sehingga mudah dicerna
3. Kaya akan asam amino seperti asam
taurin untuk merangsang pertumbuhan sel otak pada bayi
4. Vitamin A dalam minyak hati ikan
untuk pertumbuhan dan kekuatantulang.
5.
Vitamin B6, membantu metabolisme asam amino dan lemak
sertamencegah anemia dan kerusakan syaraf.
6.
Vitamin B12, untuk pembentukan sel darah merah,
membantumetabolisme lemak, dan melindungi jantung juga kerusakan syarafZatbesi
yang mudah di serap oleh tubuh.
7. Yodium untuk mencegah terjadinya
penyakit gondok , hambatanpertumbuhan anak.
8. Selenium untuk membantu
metabolisme tubuh dan sebagian anti oksidanyang melindungi tubuh dari radikal
bebas.
9.
Seng yang membantu kerja enzim dan
hormon.
10. Fluor
yang berperan dalam menyehatkan gigi anak.
Banyak sekali manfaat yang di peroleh jika kita
mengkonsumsi ikan,terutama untuk masa pertumbuhan bayi dan bagi para ibi yang
sedanghamil. Konsumsi ikan Patin akan memberikan kecukupan lemak harian,
danlemak dibutuhkan oleh tubuh sebanyak seperempat hingga sepertiga daritotal
kalori sehari (Warintek, 2001).
2.3.
Lemak/Minyak Ikan
2.3.1 Manfaat Minyak Ikan untuk Kesehatan
Minyak dan lemak
merupakan trigliserida atau triasilgliserol.Perbedaan antara suatu
lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padatdan
minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asamlemak
jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak dan
minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air.Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya manfaat karena
mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75%asam lemak tak jenuh. Asam lemak
tak jenuh ganda atau polyunsaturated fatty
acid yang disingkat PUFA, diantaranya DHA dan EPA dapatmembantu proses
tumbuh-kembangnya otak (kecerdasan), perkembanganindra penglihatan, dan sistim
kekebalan tubuh bayi balita. Kandunganminyak di dalam ikan ditentukan beberapa
faktor, yaitu jenis ikan, jenis kelamin, umur (tingkat kematangan), musim,
siklus bertelur, letak geografisperairan dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan
tersebut. Asam lemak linolenat yang termasuk kedalam klas Omega-3, adalah
asam lemak essensial yaitu asam lemak yang dibutuhkan tubuh dan mengandung
ikatan rangkap yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia (Jarreau, 2009).
Minyak ikan telahlama digunakan
dan dikenal luas di seluruh dunia. Di Skotlandia ekstraksi minyak ikan
digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang danperkembangan syaraf
pusat. Di Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda,minyak hati ikan Cod digunakan
untuk menyembuhkan penyakit paru-paru,rematik dan penyakit tulang lainnya.
Berbagai penyakit tersebut dapat disembuhkan karena minyak ikan mengandung PUFA
khususnya omega-3.Asam lemak omega-3 yang paling banyak terdapat dalam minyak
ikanadalah EPA, AA, DHA. Asam lemak ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah), thrombosis mellitus , asma, mencegah proses penuaan dan conning. Kekurangan PUFA akan
meningkatkan resiko terkena kanker, menurunkankekebalan tubuh meningkatkan
resiko thrombosis dan aterosklerosis, menurunkan HDL,
menyebabkan oksidasi dinding pembuluh darah serta meningkatkan resiko terkena
batu empedu. Tromboksan, prostaksilin,dan leukotrien merupakan hormon eikosanoat yang mempunyai jumlah
atom karbon 20 dan merupakan asam lemak omega-6 Eikosanoat diproduksi dari asam lemak diet, maka pencegahan
penyakit yang bersifat jangka panjang diperoleh dengan pengaturan diet
sehari-hari. Manfaat minyak ikan untuk kesehatan antara lain :
1.
Mencegah Penyakit Jantung Koroner. Penyakit jantung
koroner umumnya disebabkan oleh aterosklerosis, dimanakomponen darah yang
berperan dalam pembentukan aterosklerosis
adalah trigliserida dan
kolesterol. Orang yang mengkonsumsi minyak ikan yang kaya akan asam lemak
omega-3 memiliki kadar total kolesterol dan trigliserida
darah yang lebih rendah (masing-masing 0,36 dan 1,2 mmol/L) dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi lemak
sapi yang kaya akanasam lemak jenuh (masing-masing 0,87 dan 2,18 mmol/L)
dan minyak kacang yang kaya akan asam lemak omega-6 (masing-masing 0,37
dan 2,20mmol/L). Kolesterol dibuat oleh tubuh dari asam-asam lemak yang
berasaldari diet. Bila konsumsi asam lemak jenuh berlebih, maka hati akan terus
menimbun kolesterol yang akan ditimbun dalam tubuh dan diedarkan melalui darah.
Substitusi asam lemak jenuh dengan PUFA, khususnya asamlemak omega-3 akan
mengurangi kadar kolesterol darah. Tingkat kolesterolplasma darah orang sehat
yang normal berkisar antara 200-250 mg/100mldarah atau 5,2-6,4 mmol/L darah.
2.
Mengobati Kerontokan Rambut di Jepang ditemukan bahwa DHA dapat menyembuhkan kerontokan rambutakibat
kanker. DHA memberikan efek sinergis dengan obat anti kanker tipealkil.
3.
Sistem Kekebalan TubuhTelah diketahui bahwa eiksanoid juga berperan dalam
mempertahankan sifat kekebalan tubuh. Thrombosit maupun limposit yang
terbentuk dalamsumsum tulang berhubungan dengan eiksanoid sebagai
fungsi pengatur.Hingga bsaat ini belum diketahui interaksi seluler antara eiksanoid dengan prekursor thrombosit atau limposit ini dalam pembentuk sifat
kekebalantubuh. Oleh karena itu eiksanoid
berperan dalam sistem kekebalan tubuh,maka konsumsi asam lemak omega-3
berpengaruh terhadap sistem imunitas.
4.
Penyakit Kanker. Beberapa
studi epidermologi telah membahas adanya hubungan antarakonsumsi lemak dengan
penyakit kanker tertentu, seperti kanker payudara,kanker usus dan kanker
kelenjar. Diduga komponen penyebab tumor dankanker itu adalah asam-asam lemak
tak jenuh omega-6. Penambahan 15%minyak jagung dalam diet tikus-tikus percobaan
yang telah diinduksidengan tumor dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan tumor
tersebut. Diet dengan ikan“Menhaden”telah
terbukti menurunkan induksi danpertumbuhan tumor-pada tikus-tikus percobaan.
Hal ini diduga disebabkan oleh asam-asam
lemak tek jenuh omega-3 yang berhubungan denganmodifikasi metabolisme
prostaglandin (Jarreau, 2009).
2.3.2. Manfaat Minyak Ikan untuk Kecerdasan
Otak merupakan salah satu organ
tubuh yang mempunyai kandunganlemaksangat tinggi mencapai 50% berat kering dan
10% berat basah. Lemak merupakan komponen terbesar kedua
setelah jaringan adipose pada otak.Lemak berperan dalam memodulasi struktur,
fluiditas serta fungsi membranotak. Dalam lemak otak terdiri dari kolesterol
dan fosfogliserida yang kayaakan asam lemak berantai panjang tidak jenuh jamak,
khususnya asam dokosaheksaenoat (DHA) dan asam atakidonat (AA). Asam lemak tidak jenuh jamak (PolyUnsaturated Fatty Acid . PUFA)
seperti asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-6 merupakan asam lemak
essensial tidak jenuh yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan
membran sel. Defisiensiasam lemak tidak jenuh ganda ini akan mempengaruhi
komposisi danstruktur membrane sel, termasuk sel-sel pada sistem syaraf yang
selanjutnyaakan mempengaruhi seluruh fungsi syaraf (Jarreau, 2009).
2.3.3 Pengaruh Terhadap Retina Mata
Asam lemak DHA telah terbukti berpengaruh terhadap retina
matahewan percobaan. Komponen asam lemak pada membrane sel otak danretina
berpengaruh terhadap fluiditas dan sifat-sifat yang berhubunganlainnya, seperti
aktivitas pengikatan dari reseptor sel syaraf, permeabilitassel terhadap ion,
aktivitas enzim terkait, serta inisiasi dan transmisi impuls syaraf (Jarreau,
2009).
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain.
Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat
atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang
telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara
sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifatnya terlalu kecil, atau
tersedia dalam konsentrasi terlalu rendah (Rajayu, 2009).
Dalam hal semacam itu, ekstraksi
adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling
ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup
atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji
coklat, dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen
kopi dengan menggunkan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau
digiling (Rajayu, 2009).
Ekstraksi minyak atau
lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi minyak atau
lemak itu bermacam-macam, yaitu
:
1)
Rendering (dry
rendering
dan wet rendering).
2) Mechanical
expression.
3) Solvent
extraction.
2.4.1 Rendering
Rendering merupakan
suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering,
penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara,
yaitu:
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperature rendah pada wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak (Rajayu, 2009).
Bahan yang akan
diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk,
kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu
50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas
dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan
temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan
mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air,
dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan
yang akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar
40 sampai 60 pound selama 4-6 jam (Rajayu, 2009).
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta
alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan
kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.
Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan
yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau
lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Rajayu, 2009).
2.4.2 Pengepresan Mekanik
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau
lemak, terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini
dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi
(30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum
minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut
mencakup pembuatan serpih, perajangan, dan penggilingan serta tempering atau
pemasakan. Dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu :
a.
Pengepresan
Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara
hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm =
136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung pada
lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandunbervariasi antara
4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidragan minyak
dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil ulik
(Rajayu, 2009).
b. Pengepresan Berulir (Expeller
Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan
yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan
berlangsung pada temperatur 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak
atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5%-3,5%, sedangkan bungkil yang
dihasilkan masih mengandung minyak antara 4%-5%. Cara lain dalam mengekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah
gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik
atau dengan sentrifusi (Rajayu, 2009).
2.4.3 Ekstraksi
dengan Pelarut
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan
melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan
bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah, dan
mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller
pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.
Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi dengan
pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline carbon disulfide, karbon
tetra klorida benzen, dan n-heksan. Perlu perhatikan bahwa jumlah pelarut
menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5%. Bila lebih, seluruh sistem solvent
extraction perlu diteliti lagi (Rajayu, 2009).
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode
sokletasi. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode sokletasi, yakni sejenis
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan
menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak
nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun
tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan
dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari baagian tumbuhannya, dapat
dilakukan dengan metode sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai (Rajayu,
2009).
Tabel 2.1 Pelarut Non-Polar
Pelarut
|
|||
69°C
|
2.0
|
0.655
g/ml
|
|
80°C
|
2.3
|
0.879
g/ml
|
|
111°C
|
2.4
|
0.867
g/ml
|
|
35°C
|
4.3
|
0.713
g/ml
|
|
Kloroform
|
61°C
|
4.8
|
1.498 g/ml
|
Etil
asetat
|
77°C
|
6.0
|
0.894
g/ml
|
(Rajayu, 2009)
Tabel 2.2 Pelarut Polar
Pelarut
|
|||
1,4-Dioksana
|
101°C
|
2.3
|
1.033 g/ml
|
Tetra
hidrofuran (THF)
|
66°C
|
7.5
|
0.886
g/ml
|
Dikloro
metana (DCM)
|
40°C
|
9.1
|
1.326 g/ml
|
Asetona
|
56°C
|
21
|
0.786
g/ml
|
Asetonitril
(MeCN)
|
82°C
|
37
|
0.786
g/ml
|
Dimetil
formamida (DMF)
|
153°C
|
38
|
0.944
g/ml
|
Dimetil
sulfoksida (DMSO)
|
189°C
|
47
|
1.092 g/ml
|
Asam
asetat
|
118°C
|
6.2
|
1.049 g/ml
|
n-Butanol
|
118°C
|
18
|
0.810
g/ml
|
Iso-propanol
(IPA)
|
82°C
|
18
|
0.785
g/ml
|
n-Propanol
|
97°C
|
20
|
0.803
g/ml
|
Etanol
|
79°C
|
30
|
0.789
g/ml
|
Metanol
|
65°C
|
33
|
0.791
g/ml
|
Asam
format
|
100°C
|
58
|
1.21 g/ml
|
Air
|
100°C
|
80
|
1.000
g/ml
|
(Rajayu, 2009)
2.5 Minyak
dan Lemak
Minyak
dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda
dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.
Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik
leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan
bertambahnya jumlah karbon. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh,
seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud minyak sedangkan
trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan palmitat,
biasanya adalah lemak (Ketaren, 1985).
Semua
jenis lemak tersusun dari asam-asam lemak yang terikat oleh gliserol. Sifat
dari lemak tergantung dari jenis asam lemak yang terikat dengan senyawa
gliserol. Asam asam lemak yang berbeda disusun oleh jumlah atom karbon maupun
hidrogen yang berbeda pula. Atom karbon, yang juga terikat oleh dua atom karbon
lainnya, membentuk rantai yang zigzag.
Asam lemak dengan rantai molekul yang lebih panjang lebih rentan terhadap gaya
tarik menarik intermolekul, (dalam hal ini yaitu gaya Van der waals) sehingga
titik leburnya juga akan naik. Trigliserida adalah
sebuah gliserida, yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak. Trigliserida merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak
hewani. Trigliserida termasuk lipid sederhana dan juga merupakan bentuk
cadangan lemak dalam tubuh manusia (Ketaren, 1985).
2.5.1 Asam Lemak
Asam lemak merupakan
asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon 4-24, memiliki gugus
karboksil tunggal, dan ujung hidrokarbon nonpolar yang panjang sehingga
menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut dalam air. Asam lemak
dibedakan menjadi asam lemak jenuh (Saturated
Fatty Acid) dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated
Fatty Acid) (Ketaren, 1985).
Asam lemak jenuh
memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan asam lemak tak jenuh
sehingga menjadi dasar dalam menentukan sifat fisik lemak dan minyak. Lemak
tersusun oleh asam lemak tak jenuh sehingga lemak akan berbentuk padat pada
suhu kamar. Minyak tersusun oleh asam lemak jenuh sehingga minyak akan
berbentuk cair pada suhu kamar (Ketaren, 1985).
Asam lemak jenuh
memiliki rantai karbon yang tidak ada ikatan rangkap, sedangkan asam lemak tak
jenuh memiliki ikatan rangkap. Asam lemak tak jenuh yang mengandung satu ikatan
rangkap disebut sebagai asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid), sedangkan asam lemak yang memiliki dua
atau lebih ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid). Semakin
panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan ragkapnya, maka semakin
besar pula kecenderungan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah
(Ketaren, 1985).
Beberapa contoh asam lemak yang terdapat didalam minyak dan lemak
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.3. Asam Lemak Jenuh
Jenis
Asam
|
Rumus
Molekul
|
Sumber/Asal
|
Titik
Cair (oC)
|
||
Asetat
|
CH3COOH
|
Minyak pohin spindle
|
16,6
|
||
Laurat
|
CH3(CH2)9
COOH
|
Susu, minyak laural,
minyak inti sawit, minyak kelapa
|
44
|
||
Palmitat
|
CH3(CH2)14
COOH
|
Sebagian besar
lemak hewani dan nabati
|
64
|
||
Stearat
|
CH3(CH2)16
COOH
|
Idem
|
69,4
|
||
Lignoserat
|
CH3(CH2)22
COOH
|
Minyak kacang, sphingomyelin, minyak kacang tanah
|
81
|
||
(Ketaren, 1985)
Tabel 2.4. Asam Lemak Tak
Jenuh
|
|||||
Jenis
Asam
|
Rumus
Molekul
|
Sumber/Asal
|
Titik
Cair (oC)
|
||
Oleat
|
CH3(CH2)7=
CH(CH2)7COOH
|
Di sebagian besar
lemak dan minyak
|
14
|
||
Erukat
|
CH3(CH2)7=
CH(CH2)11COOH
|
Minyak rape seed, mustard, minyak hati ikan
hiu
|
31-32
|
||
Linoleat
|
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
|
Minyak biji kapas,
biji lin, biji poppy
|
11
|
||
Linolenat
|
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
|
Minyak perilla,
biji lin
|
16,3
|
||
(Ketaren, 1985)
2.5.2
Asam Lemak Bebas (ALB )
Asam lemak bebas adalah asam lemak
yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak
bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan
lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini
akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB
yang terbentuk (Firman, 2001).
Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi
yang terikut dalam minyak sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini
mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha
pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak ALB ini disebabkan adanya
reaksi hidrolisa pada minyak (Firman, 2001).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses
oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan
pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan
rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya
racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut
diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala
diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna
pada pusat saraf dan memperrsingkat umur (Firman, 2001).
Kadar
kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan
pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada salah
pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol
darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak produk makanan,
bahkan minyak goreng diiklankan sebagai nonkolesterol. Konsumsi lemak
akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh adalah
jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang terdapat
dalam minyak sayuran (Firman, 2001).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Bahan – Bahan yang Digunakan
1. Limbah ikan patin
2. Air
3. Natrium Sulfat Anhidrat
4. NaOH yang telah distandarisasi
5. Phenolptalein/ metil orange
6. Alkohol (etanol)
7. Vaseline
3.2. Alat
– Alat yang Digunakan
1. Alat pengukus
2. Oven
3. Alat pengepres
4. Corong pisah
5. Buret
6. Pipet tetes
7. Erlenmeyer
8. Gelas kimia
9. Corong
10. Botol aqua
11. Statip
12. Sarung tangan
13. Penangas air
3.3.
Prosedur Praktikum
a.
Dry
Rendering
1.
Keringkan
limbah ikan patin kemudian ditimbang
2.
Limbah
ikan lainnya dioven, selama 1 jam atau sesuai instruksi asisten
3.
Limbah
ikan dipress untuk mengeluarkan minyak
4.
Ambil
minyak yang dihasilkan
5.
Hasil
minyak dimasukkan kecorong pisah, kemudian ditambahkan natrium sulfat anhidrat.
6.
Timbang
minyak yang diperoleh dan hitung rendemen dengan persamaan
% rendemen =
x 100%
b.
Penentuan
Kadar Asam Lemak Bebas
1.
Siapkan
larutan NaOH 0,1 N didalam buret
2.
Ambil
sampel minyak sebanyak 20 ml dan masukkan pada Erlenmeyer
3.
Masukkan
sebannyak 20 ml alkohol sebagai pelarut
4.
Panaskan
dalam water batch ± 5 menit sambil
diaduk
5.
Tambahkan
2-3 tetes phenolptalein sebagai
indicator warna
6.
Lakukan
titrasi sampai warna pink hilang jika menggunakan phenolptalein
7.
Catat
titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas dalam minyak
dengan persamaan :
3.4.
Rangkaian Alat
Gambar
3.1 Limbah Ikan di
Oven
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Proses
Pemisahan
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Praktikum
1. Berat sampel awal : 781,3 gram
2. Berat piknometer : 15,026 gram
3. Berat piknometer + minyak : 23,009 gram
4. Berat botol kosong : 16,489 gram
5. Berat botol + minyak : 540 gram
6. Volume NaOH yang terpakai : 1,8 ml
7. Berat sampel akhir : 523,511 gram
8. Densitas (
=
=
= 0,7983 gr/ml
9.
Rendemen (%) =
=
x
=
67,005 %
10. % ALB =
x 100%
=
x 100%
=
x 100 %
= 0,286 %
4.2
Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan
satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen. Pada percobaan ini metode
ekstraksi yang digunakan adalah metode rendering
jenis dry rendering. Rendering
merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung, percobaan ini melakukan pengovenan.
Percobaan ini dimulai dengan
pencucian dan pemilihan lemak ikan patin yang kemudian dikeringkan, lalu
ditimbang. Selanjutnya limbah ikan patin dimasukkan kedalam kaleng yang telah
disiapkan yang sudah dilapisi kain agar tidak mencapai dasar kaleng lalu
ditutup. Kaleng tersebut di oven dengan suhu lebih kurang 113°C selama 3 jam.
Tujuan pengovenan ini untuk menarik minyak yang terdapat dalam limbah ikan
patin. Hal ini dapat terjadi, karena pada saat pengovenan, pori-pori lemak ikan
patin terbuka sehingga minyak yang terkandung didalamnya dapat ditarik.
Setelah limbah dioven selama 3
jam, kemudian dikeluarkan dari kaleng tersebut dan dipress untuk mendapatkan
minyak yang terdapat dalam limbah tersebut. Minyak hasil pengepresan tadi
dimasukkan kedalam corong pemisah untuk mendapatkan minyak yang murni. Prinsip
kerja corong pemisah berdasarkan berat jenis, karena berat jenis minyak lebih
kecil dibandingkan berat jenis lemak, maka minyak terdapat dibagian atas
lemak.kemudian lemak atau pengotor tersebut dikeluarkan dari corong pemisah dan
didapatkan berat minyak tersebut 523,511 gram.
Pengujian untuk menentukan kadar
Asam Lemak Bebas (ALB) minyak ikan patin dilakukan dengan melakukan titrasi.
Minyak dicampur dengan alcohol dengan tujuan untuk membuang zat-zat pengotor
yang terdapat dalam minyak, sedangkan NaOH sberfungsi sebagai pengikat air
sehingga kadar air dalam minyak tidak ada lagi. Sedangkan phenoptalein
berfungsi menunjukkan titik akhir titrasi dimana terjadi perubahan warna
menjadi merah muda.
Besar rendemen yang dihasilkan
dari percobaan ini sebesar 67,005 %, minyak ikan yang dihasilkan masih sedikit
dibandingkan dengan jumlah sampelnya. Kadar asam lemak bebasnya 0,286 %. Ini
menunjukkan bahwa kadar asam lemaknya sesuai dengan kadar asam lemak bebas yang
biasanya berkisar 0,1-13 %.
Massa relatif yang digunakan
adalah massa relatif asam oleat. Karena asam oleat merupakan asam lemak tak
jenuh yang paling banyak ditemukan hamper seluruh bahan makanan baik hewani
maupun nabati. Dan juga minyak limbah ikan patin ini memiliki kemiripan dengan
asam oleat, yaitu memiliki warna kuning pucat atau kuning kecoklatan dan tidak
larut dalam air.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
1. Hasil minyak yang didapat 523,511
gram.
2. Densitas yang diperoleh 0,7983 gram/ml.
3. Rendemen minyak yang diperoleh
67,005 %.
4. Kadar asam lemak bebas yang
diperoleh dari minyak ikan yaitu sebesar 0,286
%.
5.
2 Saran
1. Untuk menghasilkan minyak ikan
yang banyak, sebaiknya pada saat pengambilan limbah dipilih bagian perut yang berwarna
kuning.
2. Selesei pengovenan sebaiknya
jangan tunggu sampai dingin karena minyak akan menghilang dan membeku.
3. Sebaiknya menggunakan sarung
tangan dan masker pada saat melaksanakan praktikum, karena lemaknya akan
menempel ditangan dan bau yang menyengat dari limbah ikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira,
A. 2009. “Minyak Lemak: Miyak Ikan yang
Kaya Manfaat”. http://www.anneahira.com/minyak-lemak.html. Diakses Minggu, 19 April 2015.
Firman. 2009. Pengaruh waktu inap CPO pada storage
tank terhadap kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Hal 16.
Skripsi universitas sumatera utara.
Jarreau,
Emile. 2009. Fungsi Minyak Ikan Pada
Kesehatan Anda. http://sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-pada-kesehatan-anda/.
Diakses 19 april 2015
Ketaren, 1985,” Minyak dan
Lemak Pangan”. UI-Press. Jakarta.
Rajayu, Suparni. 2009. Ekstraksi. http://majarimagazine.com/2009/03/ekstraksi/. Diakses Sabtu,
18 April 2015
Warintek.
2001. Ikan patin.http://www.waritek.ristek.go.id/perikanan/air%20tawar/patin. pdf.
Diakses Selasa, 21 april 2015
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1.
Densitas (
=
=
= 0,7983 gr/ml
2.
Rendemen (%) =
=
x
= 67,005 %
3.
% ALB =
x 100%
=
x 100%
=
x 100 %
= 0,286 %
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRATIKUM
Gambar 1. Limbah ikan patin
Gambar 2. Proses pengovenan limbah ikan
Gambar
3. Pemisahan
minyak dengan natrium sulfat anhidrat
Gambar
4. Minyak ikan
yang telah dipisahkan
Gambar 5. Pemanasan minyak + alkohol Gambar 6. Minyak ikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar