Laporan Pratikkum Kimia Organik Saponifikasi
|
Senin, 07 September 2015
|
kimia organik
,
Laporan
,
pembuatan
,
percobaan 4
,
pratikkum
,
reaksi
,
sabun
,
saponifikasi
,
universitas riau
,
unri
,
ur
|
Laporan Pratikum Kimia Organik
Kelompok IV
Leni
Triani 1407112363
Maggie
Darlene Lautama 1407113363
Nandra
Saputra 1407114799
Rawdatul
Fadila 1407119346
Wiriyan
Jordy 1407114165
Percobaan 4
Reaksi Saponifikasi
“Pembuatan Sabun”
Asisten: Angelina
Debbie F S
Dosen
Pengampu: Drs. Irdoni, HS. MS
Program
Studi Sarjana Teknik Kimia
Fakultas
Teknik Universitas Riau
2015
Lembar
Pengesahan Laporan Pratikum Kimia Organik
Reaksi Safonifikasi “Pembuatan Sabun”
Dosen pengampu pratikum kimia
organik dengan ini menyatakan bahwa :
Kelompok 04:
Leni
Triani 1407112363
Maggie
Darlene Lautama 1407113363
Nandra
Saputra 1407114799
Rawdatul
Fadila 1407119346
Wiriyan
Jordy 1407114165
1.
Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh
Dosen Pengampu/Asisten Pratikum.
2.
Telah menyelesaikan laporan lengkap pratikum reaksi
safonifikasi “pembuatan sabun” dari pratikum
kimia organik yang disetujui oleh Dosen Pengampu/Asisten Pratikum.
|
Dosen
Pengampu
Pekanbaru,
23 Maret 2015
Drs.
Irdoni, HS. MS
ABSTRAK
Sabun adalah suatu senyawa garam natrium dari asam
lemak yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak atau minyak dengan larutan natrium hidroksida. Di
dalam sabun terdapat struktur bipolar, bagian kepala (ujung ion) bersifat
hidrofilik dan larut dalam air dan
bagian ekor (rantai hidrokarbon) bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat
nonpolar .Tujuan praktikum ini adalah
membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun di
laboratorium dan menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang di
lakukan. Pembuatan sabun
dilakukan dengan cara mencampurkan 12 ml minyak zaitun dengan 13,5 ml alkohol kemudian
ditambahkan 7,5 ml NaOH 2N. Larutan ini lalu dipanaskan hingga bau alkoholnya hilang pada suhu
70-80o C. Ketika NaCl jenuh ditambahkan ke dalam campuran yang sudah
dingin, maka saat itulah terbentuk sabun. Lalu campuran tersebut disaring dan
diperoleh hasil berupa sabun. Untuk pengujian sifat sabun digunakan kerosen,
kalsium sulfat dan indikator Fenolftalein. Pada kerosen, sabun berperan sebagai
emulgator. Sabun tidak berbuih pada larutan kalsium sulfat (air sadah) dan pada
penambahan indikator Fenolftalein, campuran sabun berubah warna mengalami
perubahan menjadi warna merah muda keunguan.
Kata kunci : Emulgator,
Hidrofilik, Sabun, Safonifikasi
The
soap is a compound of sodium salts of fatty acids produced from the reaction of
saponifikasi. Saponifikasi reaction is the reaction of hydrolysis of the fatty
acids or oils with a solution of sodium hydroxide. Inside SOAP there is bipolar
structure, section head (the ion) are hydrophilic and is soluble in water and
its tail (hydrocarbon chains) is hydrophobic and insoluble in nonpolar
substances.The purpose of this is to create practical and understand the
reaction of the penyabunan in the process of making SOAP in a lab and explain
some of the properties of SOAP based on experiments in doing. SOAP-making done
by mixing 12 ml olive oil with 13.5 ml alcohol then added 7.5 ml 2N NaOH. This
solution is then heated until the smell is gone alkoholnya at a temperature of
70-80o C. when saturated NaCl is added to the mix is cool, then that's when the
SOAP is formed. The mixture is then filtered and obtained results in the form
of SOAP. For testing the nature of SOAP used kerosen, calcium sulfate and
Penopthalein indicators. On kerosen, SOAP acts as emulgator. SOAP doesn't
lather in a solution of calcium sulfate (hard water) and in addition the
indicator Penopthalein, a mixture of SOAP change color to purplish pink color.
Keywords : Emulsifier, Hydrophilic, Soap, Saponification
DAFTAR
ISI
Lembar
Pengesahan .................................................................................................... 1
Abstrak
....................................................................................................................... 2
Daftar
Isi..................................................................................................................... 3
Daftar Gambar............................................................................................................. 4
Daftar
Tabel ............................................................................................................... 5
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................
6
1.2. Tujuan Pratikum ................................................................................. 6
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sabun ................................................................................................ 7
2.2.
Bahan Baku
Pembuatan Sabun ......................................................... 7
2.3.
Bahan Pendukung
Pembuatan Sabun................................................. 8
2.4.
Saponifikasi ...................................................................................... 9
2.5.
Sifat – Sifat Sabun..........................................................................
10
BAB
III METODOLOGI PRATIKUM
3.1. Bahan – Bahan yang Digunakan ...................................................... 11
3.2. Alat – Alat yang digunakan.............................................................
11
3.3. Prosedur Pratikum
Persiapan ......................................................................................... 11
Pembuatan Sabun............................................................................. 11
Uji Sifat Sabun ................................................................................ 12
Rangkaian
Alat.................................................................................. 13
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pratikum..................................................................................
14
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 14
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 16
5.2 Saran ................................................................................................ 16
Daftar
Pustaka .......................................................................................................... 17
Lampiran
A Laporan Sementara ............................................................................... 18
Lampiran
B Dokumentasi Pelaksanaan Pratikum ...................................................... 19
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1. Penyaringan Sabun dengan Corong
Buchner dan Pompa Vakum 13
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1 Pembuatan Sabun..................................................................................... 13
Tabel
4.2 Sifat – Sifat Sabun.................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sabun
merupakan suatu kebutuhan pokok manusia yang selalu digunakan sehari-hari.
Fungsi utama dari sabun adalah membersihkan. Sabun adalah suatu bentuk senyawa yang dihasilkan
dari reaksi safonifikasi. Safonifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh
adanya basa misalnya NAOH. Hasil lain dari reaksi safonifikasi adalah gliserin.
Pada umumnya bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun adalah lemak atau
minyak, sumber asam lemak dengan rantai karbon C12 – C18 yang
berperan terhadap kekerasan dan deterjensinya dan lemak atau minyak sumber asam
lemak dengan rantai karbon C12 – C14 yang berperan
terhadap pembusaan.
Sabun berdasarkan struktur molekulnya terbagi atas
dua bagian, yaitu bagian hidrofilik (ion karboksil) dan bagian hidrofobik
(rantai hidrokarbom). Adanya dua gugus tersebut menyebabkan sabun bertindak
sebagai agen pembersih ditunjukkan dengan menurunnya tegangan permukaan saat
kotoran ataupun minyak berinteraksi dengan sabun sebagai akibat teremulsinya
kotoran maupun minyak (Sulistyowati, 1982).
1.2.
Tujuan Pratikum
1.
Membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses
pembuatan sabun di laboratorium
2.
Menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan
yang dilakukan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Sabun
Sabun
adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari
asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga
mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali
penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan,
dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab
dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
Sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun
industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali
yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk
mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu. (Fessenden , 1982)
2.2.
Bahan Baku Pembuatan Sabun
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun.
Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang
berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses
saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH,
dan ethanolamines. NaOH, atau yang
biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang
paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3
(abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa
amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam
lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan
mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun
tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan
sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan
oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan
tertentu.
2.3.
Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan
gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a. NaCl.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan
sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang
terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam atau padatan . NaCl digunakan untuk
memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan
dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap.
NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas.
b. Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke
dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga
menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : builders, fillers inert, anti oksidan, pewarna,dan parfum.
1. Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral
yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat
lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan
kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih
baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
Yang sering digunakan sebagai builder
adalah senyawa senyawa kompleks Fosfat, Natrium Sitrat, Natrium Karbonat, Natrium Silikat atau Zeolit.
2. Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh
campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau
memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata
mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun
digunakan Sodium Sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan
pengisi, yaitu Tetra Sodium Pyrophosphate dan Sodium Sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk
bubuk, dan mudah larut dalam air.
c.
Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada
sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk
mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya
warna-warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun jingga.
d.
Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.
Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila
salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk
sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam
perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter.
Sebagai patokan 1 g parfum sama dengan 1,1ml.
Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal
umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya,
produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari
parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya.
Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari
jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun
diantaranya bouquct deep water, alpine,
dan spring flower. (Yissa ,
2010)
2.4.
Proses Saponifikasi
Saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan
dihasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Asam lemak yang
digunakan yaiut asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu
ikatan ganda antara atom-atom carbon penyusunnya dan bersifat kurang stabil
sehingga mudah bereaksi dengan unsur lain. Basa alkali yang digunakan yaitu
basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah seperti NaOH, KOH, NH4OH,
K2CO3 dan lainnya.
C3H5(O2CR)3 +
3NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3............................................ (2.1)
2.5.
Sifat – Sifat Sabun
a.
Sabun
bersifat basa.
Sabun
adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu
larutan sabun dalam air bersifat basa
CH3(CH2)16COONa
+ H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH.......... (2.2)
b. Sabun menghasilkan buih atau busa.
Jika larutan sabun
dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam
Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa
+ CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2..... (2.3)
c.
Sabun mempunyai sifat membersihkan.
Sifat
ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak)
digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai
hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai
ekor biasanya bersifat hidrofobik atau tidak
suka air dan dapat larut dalam
zat organik sedangkan COONa+ yang
bertindak sebagai kepala yang bersifat hidrofilik atau suka air dan
dapat larut dalam air. (Nurul , 2014)
BAB
III
METODOLOGI
PRATIKUM
3.1. Bahan –
Bahan yang Digunakan
1. Minyak Zaitun
2. Alkohol 96%
3. Natrium Hidroksida 5N
4. Kerosen (Minyak Tanah)
5. Larutan Kalsium Sulfat
6. Penolpthalein
3.2. Alat –
Alat yang Digunakan
1. Cawan
Penguap
2. Gelas
Ukur
3.
Batang Pengaduk
4.
Spatula
5. Pipet
Tetes
6. Gelas
Kimia
7. Kaca
Arloji
8.
Tabung Reaksi
9.
Penangas Air
10. Kertas Saring
11.
Corong Buchner
12. Pompa Vacum
3.3. Prosedur
Pratikum
Persiapan
1.
Menyiapkan alat dan bahan kimia yang akan digunakan
2.
Membuat larutan NaOH 2N
Pembuatan
Sabun
1.
Ambil 12 ml minyak zaitun dan masukkan ke dalam cawan
penguap
2.
Tambahkan 13,5 ml alkohol 96% ke dalam cawan yang telah
berisi minyak zaitun
3.
Tambahkan 7,5 ml larutan NaOH 2N sambil diaduk
4.
Tutup cawan penguap dengan kaca arloji
5.
Panaskan campuran pada suhu 70oC dalam cawan
penguap sampai hilang bau alkoholnya
6.
Dinginkan campuran dalam cawan penguap tersebut
7.
Amati apa yang terjadi dalam cawan penguap
8.
Tambahkan 45 ml larutan NaCl jenuh kedalam cawan penguap
9.
Amati apa yang terjadi
10.
Aduk campuran dengan baik, kemudian saring menggunakan
corong Buchner dan pompa vacuum zat padat yang dihasilkan
Uji Sifat Sabun
1. Masukkan 1 ml kerosen dan 10 ml
air dalam tabung reaksi
2. Kocok campuran tersebut dan catat
pengamatan anda
3. Masukkan sedikit sabun kedalam
tabung reaksi berisi campuran kerosene dan air
4. Kocok dan catat pengamatan anda
5. Tambahkan sedikit sabun dan kocok
jika tidak ada perubahan pada campuran dan
catat pengamatan
6.
Catat pengaruh penambahan sabun pada campuran ini dan kerosene
7.
Ambil tabung reaksi yang bersih, kemudian larutkan sedikit sabun dalam 5 ml air
panas
8.
Tambahkan 8 tetes larutan Kalsium Sulfat
9.
Catat pengaruh Kalsium Sulfat terhadap air sabun.
10.
Ambil tabung reaksi yang bersih, kemudian larutkan sediti sabun dalam 5 ml
alkohol
11. Tambahkan
2 tetes larutan Phenolpthalein
12. Catat
pengamatan anda
3.4.
Rangkaian Alat
Cawan penguap
Pompa vakum
Kertas Corong
Saring
Buchner
Pipa
Penghisap
Gambar 3.1. Penyaringan sabun dengan Corong Buchner dan
pompa vacum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pratikum
Tabel 4.1. Pembuatan Sabun
No
|
Bahan
|
Pengamatan
|
1
|
Minyak
zaitun
Alkohol
96% dipanaskan
NaOH
|
Terbentuk 2 lapisan larutan,
lapisan diatas bening, lapisan dibawah jingga. Alkohol menguap diuji dengan
mencium bau alkohol
|
2
|
Campuran
Didinginkan
|
Campuran mengental
|
3
|
Campuran + NaCl
Campuran
+ NaCl Diaduk
|
Membentuk endapan
Endapan mengumpal
|
Tabel 4.2. Sifat – Sifat Sabun
No
|
Bahan
|
Pengamatan
|
1
|
Kerosen
+ air dikocok
|
Tidak dapat menyatu
|
2
|
Sabun
+ larutan kerosen dikocok
|
Menyatu,
tercampur menjadi larutan homogen
|
3
|
Sabun + air panas
|
Sedikit buih
|
4
|
Larutan sabun + kalsium sulfat
|
Mengendap dan tidak berbuih
|
5
|
Sabun + alkohol
|
Larutan larut sempurna
|
6
|
Sabun + alkohol + pp
|
Berwarna merah muda
keunguan
|
4.2. Pembahasan
Sabun
diperoleh dengan cara mereaksikan minyak zaitun dengan senyawa alkali yaitu
NaOH. Alkohol dalam campuran ini berfungsi sebagai pelarut minyak agar minyak
zaitun mudah bereaksi dengan NaOH. Alkohol merupakan senyawa
semipolar, sehingga dapat melarutkan minyak yang bersifat senyawa nonpolar
ataupun air yang bersifat senyawa polar. Dengan pelarut alkohol ini,
NaOH dapat terlarut dan bercampur dengan minyak dalam reaksi penyabunan.
Campuran dipanaskan dengan
tujuan menguapkan alkohol yang terkandung pada campuran tersebut. Pemanasan dilakukan
pada suhu 70-80°C. Jika pemanasan dilakukan diatas 80°C, maka alkohol akan
cepat menguap sehingga proses pereaksian antara minyak dan NaOH menjadi tidak
sempurna. Namun apabila pemanasan dilakukan dibawah 70°C , maka
proses pereaksian nya semakin lama. Pemanasan pada campuran ini dilakukan
sampai bau dari alkohol tersebut hilang.
Penambahan NaCl jenuh pada
campuran senyawa yang telah didinginkan
berfungsi untuk mengendapkan sabun. NaCl jenuh
merupakan agen pengendap, yaitu dengan menurunkan nilai kelarutan dari sabun
tersebut. Berkurangnya nilai kelarutan tersebut disebabkan oleh penambahan ion
sejenis. Jika kita menambahkan ion senama kedalam larutan jenuh yang berada
pada kesetimbangannya, maka kesetimbangan akan bergeser dan terbentuk endapan.
Kemudian penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara sabun dan gliserol
dengan menggunakan corong buchner dan pompa vacum.
Pengujian sifat sabun pada
campuran kerosene dan air, hal ini membuktikan bahwa sabun bersifat emulgator
yang berfungsi untuk menyatukan minyak dan air, hal ini disebabkan oleh sabun
memiliki rantai hidrokarbon yang bertindak sebagai ekor yang akan mengikat
minyak (hidrofobik) dan COONa- sebagai kepala yang larut dalam air
(hidrofilik).
Pengujian sifat sabun pada
larutan kalsium sulfat (CaSO4), sabun tidak menghasilkan busa,
sehingga membuktikan bahwa sabun tidak dapat bekerja pada air sadah secara
efektif.
Uji sifat sabun dengan melarutkan
sabun dalam 5ml alkohol menghasilkan larutan yang larut sempurna. Hal ini
membuktikan bahwa sabun dapat larut dikarenakan alkohol yang bersifat sebagai
pelarut. 2-3 tetes pp
diteteskan untuk menguji sifat sabun, apakah sabun tersebut bersifat asam atau
basa. Setelah ditetesi indikator pp, larutan sabun berubah
warna menjadi merah muda keunguan. Hal ini membuktikan bahwa sabun bersifat
basa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Reaksi
saponifikasi merupakan reaksi antara minyak dengan senyawa alkali, dimana sabun
merupakan hasil utama yang diperoleh, sedangkan gliserol merupakan hasil samping
dari reaksi penyabunan tersebut.
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sabun bersifat emulgator, dimana
kemampuan sabun untuk mengemulsi larutan air dengan kerosene. Selain
itu, sabun juga bersifat basa dan tidak dapat bekerja pada air sadah secara
sempurna.
5.2.
Saran
1.
Praktikan harus memperhatikan dengan teliti setiap
konsentrasi dan volume senyawa yang akan dicampur agar tidak terjadi kekeliruan
dalam pembuatan sabun
2.
Praktikan harus berhati-hati dalam penggunaan alat-alat
laboratorium selama praktikum berlangsung agar tidak terjadi kerusakan alat
laboratiorium
3.
Pada saat pemisahan sabun & gliserol pada pompa
vacum, praktikan harus jeli melihat bagian atas pompa vakum tertutup dengan
kertas saring secara sempurna, agar menghasilkan penyaringan yang sempurna.
4.
Praktikan harus memakai masker dan sarung tangan agar
melindungi tubuh dari hal yang buruk
5.
Praktikan harus mengaduk secara merata setiap larutan
yang dicampur agar tidak ada bagian yang tidak tercampur dengan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
E. Sulistyowati,
Ismail Besari , Moh. Ishak. 1982. Kimia
Organik Untuk Universitas.
Bandung
: Armico
Fessenden
& Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Luthana,Yissa.2010.“Bahan – Bahan Pembuatan Sabun“ .http://
yissaprayogi . Wordpress
com
/. Diakses Senin 15 Maret 2015
Mahyani, Nurul . 2014. “Saponifikasi”. http://nurul1991626.blogspot.com/
. Diakses Senin
15
Maret 2015
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRATIKUM
Gambar
1. Minyak zaitun
Gambar
2. Campuran
larutan minyak zaitun, alkohol dan NaOH sebelum diaduk dan dipanaskan
Gambar 3. Campuran larutan minyak
zaitun, alkohol dan NaOH setelah diaduk dan sebelum dipanaskan
Gambar 4. Campuran larutan minyak
zaitun, alkohol dan NaOH setelah diaduk dan setelah dipanaskan
Gambar
5. Campuran larutan minyak zaitun, alkohol dan NaOH setelah
bau alkohol hilang dan didinginkan
Gambar
6. Campuran larutan minyak zaitun, alkohol dan NaOH dan
ditambahkan larutan NaCl jenuh
Gambar 7. Campuran larutan minyak
zaitun, alkohol dan NaOH dan ditambahkan larutan NaCl jenuh dan diaduk
Gambar 8. Larutan yang telah dicampur
dan mulai mengendap disaring menggunakan kertas saring, corong buchner dan
pompa vacum
Gambar
9. Sabun hasil saring menggunakan kertas saring, corong
buchner dan pompa vacum
Gambar
10. Kerosen ditambah air
Gambar 11. Kerosen ditambah air ditambah
sabun dan dikocok
Gambar 12. Sabun ditambah air panas
Gambar
13. Larutan
sabun ditambah kalsium sulfat
Gambar 14. Sabun ditambah alkohol
Gambar 15. Sabun ditambah alkohol
ditambah penolphtalein
edit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar