Laporan Pratikkum Kimia Organik Sokletasi
|
Senin, 07 September 2015
|
kimia organik
,
Laporan
,
percobaan 5
,
pratikkum
,
sokletasi
,
universitas riau
,
unri
,
ur
|
PRATIKUM KIMIA
ORGANIK
Kelompok 4
Leni
Triani 1407112363
Maggie
Darlene Lautama 1407113363
Nandra
Saputra 1407114799
Rawdatul Fadila 1407119346
Wiriyan Jordy 1407114165
Percobaan V
Proses Ekstraksi Sokletasi “Isolasi
Minyak Biji Alpukat”
Asisten:
Subangkit
Julio Jaya
Dosen
Pengampu:
Prof.
Dr. Syaiful Bahri, M.Si
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
2015
Lembar Pengesahan Laporan Pratikum Kimia Organik
Proses Ekstraksi Sokletasi “Isolasi minyak biji Alpukat”
Dosen pengampu pratikum kimia organik dengan
ini menyatakan bahwa :
Kelompok 04 :
Leni Triani 1407112363
Maggie Darlene Lautama 1407113363
Nandra Saputra 1407114799
Rawdatul Fadila 1407119346
Wiriyan Jordy 1407114165
1.
Telah
melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen Pengampu/Asisten
Pratikum.
2.
Telah
menyelesaikan laporan lengkap pratikum Proses Ekstrasi Sokletasi dari
pratikum kimia organik yang disetujui
oleh Dosen Pengampu/Asisten Pratikum.
|
Asisten Dosen
Pengampu
Pekanbaru,
Maret 2015
Subangkit Julio Jaya Prof. Dr. Syaiful Bahri, Msi
ABSTRAK
Alpukat
(Persea Americana) berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Umumnya biji
alpukat hanya dibuang oleh masyarakat, Padahal didalam biji alpukat tersebut
terdapat kandungan minyak sebesar 1,25-4%. Pengambilan minyak dalam biji
alpukat dapat dilakukan dengan proses ekstraksi khususnya sokletasi. Ekstraksi
adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut
yang didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran.
Bahan yang digunakan adalah biji alpukat dengan N-heksana sebagai pelarutnya. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari dan
mengamati proses ekstraksi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metode
sokletasi, yaitu ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara
berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut konstan, dan menghitung rendemen.
Setelah proses sokletasi selesai dilanjutkan dengan destilasi yang bertujuan
untuk memisahkan N-heksana dengan minyak yang didapat. Lalu dioven untuk
menghilangkan N-heksana yang masih tertinggal di dalam minyak, dan didapat
1,424 gram minyak biji alpukat sampai berat konstan dari 40 gram bahan baku.
Biji alpukat yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dalam suhu kamar untuk
menghilangkan kadar airnya sehingga N-heksana lebih mudah mengikat komponen
minyak. Heksana dilewatkan pada biji alpukat dalam bentuk uap yang nantinya
akan mengikat komponen minyak dan membawanya. Volume N-heksana yang digunakan
awalnya adalah 270 ml dan berkurang menjadi 209 ml pada tahap akhir. Rendemen
yang didapat adalah 3,56 % dan sesuai dengan teori. Hal ini menandakan bahwa
minyak terekstraksi sempurna oleh pelarut.
ABSTRAK
Avocado (Persea Americana) comes from Mexico and Central
America. Avocado seeds generally just thrown away by people, Whereas in the
avocado seed oil content is equal to 1.25-4%. Retrieval of avocado oil in the
seeds can be done with the extraction process in particular sokletasi.
Extraction is the process of separation of a substance from its alloy by using
solvent based on solubility of components to other components in the mixture.
The material used is avocado seed with N-hexane as pelarutnya. This experiment
aims to study and observe the process of extraction of a component of a
material nature with sokletasi method, namely the extraction with organic
solvents that are executed over and over and keep the amount of solvent is
constant, and calculate yield. Once the process is finished and the
distillation of sokletasi which aims to separate the N-hexane with the oil
obtained. Then dioven to remove N-hexane are still lags behind in oil, and
obtained 1,424 gram seed oil avocado up to a constant weight of 40 grams of raw
materials. Avocado seed used dried first in room temperature to remove the
water levels so that N-hexane easier binding components of oil. Hexane is
passed on in the form of avocado seed steam that would later tie the components
of oil and carry it. Volume of N-hexane which was used originally was 270 ml
and reduced to 209 ml on the final stage. The yield was 3.56 out% and according
to the theory. This indicates that the perfect extraction oil by solvent.
Key words: seed avocados, sokletasi, extraction, oil.
DAFTAR
ISI
Lembar Pengesahan ..................................................................................................... i
Abstrak ....................................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
Daftar Gambar............................................................................................................ iv
Daftar Tabel .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................
1
1.2. Tujuan
Pratikum ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Buah
Alpukat .................................................................................... 2
2.2.
Minyak
Biji Buah Alpukat ................................................................ 4
2.3.
Ekstraksi............................................................................................ 5
2.4.
Pelarut................................................................................................ 8
2.5.
Heksana............................................................................................. 9
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Bahan –
Bahan yang Digunakan ...................................................... 10
3.2. Alat – Alat yang digunakan.............................................................
10
3.3. Prosedur
Praktikum ......................................................................... 10
3.4 Rangkaian Alat................................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum................................................................................
13
4.2. Pembahasan
...................................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
...................................................................................... 16
5.2 Saran ................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 17
Lampiran A Laporan
Sementara ............................................................................... 18
Lampiran B Perhitungan............................................................................................. 19
Lampiran C Dokumentasi Pelaksanaan Pratikum ...................................................... 20
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Daging Dan Biji Buah Alpukat ............................................................... 2
Gambar 3.1 Rangkaian alat sokletasi..........................................................................
12
DAFTAR
TABEL
Tabel
2.1 Kandungan Buah Alpukat..........................................................................
3
Tabel
2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji
Alpukat........................................... 4
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Pelarut...................................................................................... 8
Tabel 2.4 Karakteristik Pelarut Heksana..................................................................... 9
Tabel
4.1 Selang waktu proses refluks........................................................................ 13
Tabel 4.2 Berat
Pengovenan...................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hampir
semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat, buah alpukat mempunyai
kandungan gizi yang tinggi. Di samping daging buahnya, biji alpukat juga
memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan
minyak yang cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber
minyak nabati (Yeni, 2009).
Minyak
biji alpukat mengandung fatty acid methyl
esters yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif (biodiesel).
Berdasarkan pertimbangan bahwa buah alpukat banyak terdapat di masyarakat,
harganya murah dan bijinya belum dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu
dilakukan penelitian tentang biji alpukat tersebut. Minyak biji alpukat dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi maupun metode pengepresan. Adapun metode
pengambilan minyak biji alpukat pada penelitian ini adalah metode ekstraksi
dengan pelarut N-heksana. Dengan metode ekstraksi kehilangan minyak dalam
proses lebih sedikit, sehingga minyak yang dihasilkan lebih banyak (Ketaren,
2009).
1.2.
Tujuan Praktikum
1.
Mempelajari
dan mengamati proses isolasi suatu
komponen dari suatu bahan alam dengan metoda sokletasi.
2.
Menghitung
rendemen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buah Alpukat (Persea americana )
Tanaman
alpukat (Persea americana ) berasal
dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh
negara sub-tropis dan tropis termasuk Indonesia. Hampir semua orang mengenal
dan menyukai buah alpukat, karena buah ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi
(Winarno,1992).
Gambar 2.1 Daging
Dan Biji Buah Alpukat (Najla, 2015)
Alpukat
berupa pohon dengan tinggi 3-10 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, coklat,
kotor. Alpukat memiliki daun bertangkai, berjejal-jejal pada ujung ranting,
berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau bulat telur terbalik, memanjang,
dan waktu muda berambut rapat. Bunga berkelamin dua, dalam malai yang
bertangkai dan berbunga banyak, terdapat di dekat ujung ranting. Buah buni
berbentuk bola atau peer, panjang 5-20 cm, berbiji satu, berwarna hijau atau
hijau kuning, memiliki bau yang enak. Alpukat memiliki biji berbentuk bola dengan
diameter 2,5-5 cm (Van Steenis, 1975).
Berikut ini klasifikasi alpukat :
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Laurales
Suku
: Lauraceae
Marga
: Persea
Jenis
: Persea americana
Buah
alpukat memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung vitamin A, B, C, dan
E dalam jumlah yang besar serta nutrien lain seperti folacin, niacin, besi
(Fe), magnesium (Mg), folat, asam pentotenat, dan potassium (K). Vitamin C, E,
dan beta karoten (prekursor vitamin A) merupakan senyawa antioksidan alami yang
mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Alpukat juga terbukti
mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh (Bergh,1992).
Tabel
2.1 Kandungan Buah Alpukat
Kandungan
|
Jumlah
|
Vitamin
A
Vitamin
B1
Vitamin
B2
Vitamin
B3
Vitamin
B6
Vitamin
C
Vitamin
D
Vitamin
E
Vitamin
K
Besi
Fosfor
Kalium
Natrium
Kalsium
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Energi
|
0,13-0,51
mg
0,025-012
mg
0,13-0,23
mg
0,79-2,16
mg
0,45
mg
2,3-37
mg
0,01
mg
3
mg
0,008
mg
0,9
mg
20
mg
604
mg
4
mg
10
mg
67,49
- 84,3 g
0,27
– 1,7 g
6,5
– 25,18 g
5,56
– 8 g
1,6
g
85
– 233 kal
|
(Bergh,1992)
Memang alpukat merupakan salah satu buah lezat yang memiliki rasa hambar, akan tetapi tidak hanya daging buahnya saja yang dapat di konsumsi, biji alpukat juga sangat baik untuk kesehatan dan berikut adalah beberapa dari manfaat yang bisa kita dapatkan :
1. Mampu digunakan sebagai penyembuh
sakit gigi.
2. Mengobati sakit maggh.
3.
Mampu
mengobati penyakit kencing manis (diabetes) terutama diabetes melitus.
4.
Mampu
menghilangkan stress akibat aktivitas yang padat.
5.
Mampu
mengobati sariawan.
6.
Mampu
menghilangkan rasa nyeri
Untuk
mengkonsumsinya ada banyak sekali cara yang bisa kita gunakan dan salah satunya
adalah dengan meminum rebusan dari biji alpukat. Biji buah alpukat memiliki banyak sekali
manfaat yang dapat kita manfaatkan sebagai bahan penyembuhan. Ternyata selain
daging buahnya yang dapat di konsumsi dan bijinya yang dapat digunakan sebagai
bahan obat, ternyata biji buah alpukat juga dapat di manfaatkan sebagai bahan
pewarna industry tekstil, karena biji alpukat memiliki kualitas warna yang
cukup baik serta tahan lama (Prasetyowati dkk, 2010).
2.2.
Minyak Biji Buah
Alpukat
Minyak biji alpukat dapat diperoleh dengan metode ekstraksi maupun
metode pengepresan. Adapun metode pengambilan minyak biji alpukat pada
penelitian ini adalah metode ekstraksi dengan pelarut N-heksana. Dengan metode
ekstraksi kehilangan minyak dalam proses lebih sedikit, sehingga minyak yang
dihasilkan lebih banyak (Prasetyowati dkk, 2010).
Dalam praktikum ini bahan utama yang digunakan adalah biji
alpukat, Metode yang digunakan ialah metode ekstraksi, yang menggunakan
serangkaian alat berupa kondensor, soklet, dan heating mantle / pemanas. Biji
alpukat mengandung 1,25% sampai dengan 4% minyak. Minyak biji alpukat belum dimanfaatkan
secara maksimal di Indonesia (Prasetyowati dkk,
2010).
Tabel
2.2 Komposisi
Asam Lemak Minyak Biji Alpukat
Asam Lemak
|
%
|
Palmetic Acid C16:1
|
11,85
|
Palmitoleic Acid C16:1
|
3,98
|
Stearic Acid C18: 0
|
0,87
|
Oleic Acid C18:17
|
70,54
|
Linoleic Acid C18:2
|
9,45
|
Linolenic Acid C18:3
|
0,87
|
Arachidic Acid C20:0
|
0,50
|
Eliosenoic Acid C20:1
|
0,39
|
Behenic Acid C22:0
|
0,61
|
Lignoceric Acid C24:0
|
0,34
|
(Prasetyowati
dkk, 2010)
2.3.
Ekstraksi
Metoda – metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi,
perkolasi serta refluks. Metoda-metoda ekstraksi sebagai
berikut :
1.
Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Voight, 1995).
2.
Prinsip Perkolasi
Penyarian
zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh (Voight, 1995).
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi,
kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke
bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (Voight, 1995).
3.
Prinsip Sokletasi
Sokletasi adalah
suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat dengan
cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua
komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Jika senyawa
organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka
teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan
teknik lain di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas
sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien.
Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Proses pengambilan minyak dari ampas
kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi (Voight,
1995).
Proses sokletasi
digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material atau bahan
padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat
sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan kondensor.Sample
dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan
air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk mempermudah pelarutan
senyawa (Voight, 1995)
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel,
secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa
kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi
bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat
padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat - syarat pelarut yang digunakan dalam
proses sokletasi :
1.
Pelarut yang mudah menguap seperti:
n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2.
Titik didih pelarut rendah.
3.
Pelarut tidak melarutkan senyawa yang
diinginkan.
4.
Pelarut terbaik untuk bahan yang akan
diekstraksi.
5.
Pelarut tersebut akan terpisah dengan
cepat setelah pengocokan.
6.
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan
diisolasi, polar atau nonpolar.
Keunggulan dari metode
sokletasi ini adalah sebagai berikut:
1.
Sampel diekstraksi
dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2.
Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3.
Proses sokletasi berlangsung cepat.
4.
Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5.
Pelarut organik dapat mengambil senyawa
organik berulang kali.
Kelemahan
sokletasi adalah sebagai berikut :
1.
Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi
bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan
panas karena akan terjadi penguraian.
2.
Harus dilakukan identifikasi setelah
penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer,
Na, wagner, dan reagen-reagen lainnya.
3.
Pelarut yang digunakan mempunyai titik
didih rendah, sehingga mudah menguap.
Cara menghentikan
sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung.Sebagai
catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar
matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel
akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan
menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel
tidak alami lagi (Voight, 1995).
4.
Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas
bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnyaberlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Voight,1995).
5.
Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan
masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat
dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air
dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara
air dan minyak (Voight, 1995).
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi :
1.
Senyawa kimia telah
diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,
prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2.
Bahan diperiksa untuk
menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau
saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum
yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari
pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk
kelompok senyawa kimia tertentu
3.
Organisme (tanaman atau hewan) digunakan
dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya
Tradisional Chinese medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air
untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika
ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya
jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4.
Sifat senyawa yang akan diisolasi belum
ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya
adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan
pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas
biologi khusus.
Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat
akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Voight, 1995).
2.4. Pelarut
Dalam sokletasi ada beberapa pelarut yang dapat digunakan. Berikut adalah pembagian pelarut-pelarut
yang dapat digunakan dalam sokletasi :
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Pelarut
Solvent
|
Konstanta Dielektrik
|
||
Pelarut Non-Polar
|
|||
69 °C
|
2.0
|
0.655 g/ml
|
|
80 °C
|
2.3
|
0.879 g/ml
|
|
111 °C
|
2.4
|
0.867 g/ml
|
|
35 °C
|
4.3
|
0.713 g/ml
|
|
Kloroform
|
61 °C
|
4.8
|
1.498 g/ml
|
Etil asetat
|
77 °C
|
6.0
|
0.894 g/ml
|
Pelarut Polar
|
|||
1,4-Dioksana
|
101 °C
|
2.3
|
1.033 g/ml
|
Tetrahidrofuran
(THF)
|
66 °C
|
7.5
|
0.886 g/ml
|
Diklorometana (DCM)
|
40 °C
|
9.1
|
1.326 g/ml
|
Asetona
|
56 °C
|
21
|
0.786 g/ml
|
Asetonitril (MeCN)
|
82 °C
|
37
|
0.786 g/ml
|
Dimetilformamida
(DMF)
|
153 °C
|
38
|
0.944 g/ml
|
Dimetil sulfoksida
(DMSO)
|
189 °C
|
47
|
1.092 g/ml
|
Asam asetat
|
118 °C
|
6.2
|
1.049 g/ml
|
n-Butanol
|
118 °C
|
18
|
0.810 g/ml
|
Isopropanol (IPA)
|
82 °C
|
18
|
0.785 g/ml
|
n-Propanol
|
97 °C
|
20
|
0.803 g/ml
|
Etanol
|
79 °C
|
30
|
0.789 g/ml
|
Metanol
|
65 °C
|
33
|
0.791 g/ml
|
Asam format
|
100 °C
|
58
|
1.21 g/ml
|
Air
|
100 °C
|
80
|
1.000 g/ml
|
(Fessenden,
1995)
2.5.Heksana
Heksana (C6H14)
atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
merupakan pelarut non polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik
didih 69 oC, pada T dan P normal berbentuk cair. Senyawa ini
merupakan fraksi petroleum eter yang ditemukan oleh Castille da Henri. Secara umum Heksana merupakan senyawa dengan 6
rantai karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak men)tah. Heksana
biasanya digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari minyak
nabati (Voight, 1995)
Tabel 2.4 Karakteristik Pelarut Heksana
Karakteristik Pelarut
Heksana
|
|
Rumus Molekul
|
C6H14
|
Massa Molar
|
86,18 gr/mol
|
Titik Leleh
|
0,6548 gr/mol
|
Titik Didih
|
-95oC (178 K)
|
Densitas
|
69oC (342 K)
|
Viskositas
|
0,294 Cp pada 25oC
|
(Voight, 1995)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Bahan – Bahan yang Digunakan
1. Biji buah alpukat
2. N-Heksana
3.2.
Alat – Alat yang Digunakan
1. Satu set/unit alat soklet (labu
didih alas bulat, tabung soklet, kondensor)
2. Corong
3. Gelas piala 100 ml
4. Gelas ukur 50 ml
3.3.
Prosedur Praktikum
1. Bersihkan labu soklet, masukkan 3
butir batu didih dan keringkan, timbang, catat berat labu + batu didih.
2. Siapkan contoh dari biji buah
alpukat. Biji buah alpukat digiling halus dan di keringkan (contoh sesuai
dengan yang diinstruksikan asisten praktikum).
3. Buat selongsong (timbel) dari
kertas saring, ukurannya disesuaikan dengan besarnya tabung soklet. Timbang
berat selongsong kosong dan benang pengikat.
4. Isi selongsong dari kertas saring
dengan contoh. Timbang berat selongsong + contoh. Berat contoh saja dapat
dihitung.
5. Masukkan selongsong yang berisi
contoh kedalam tabung soklet.
6. Sambungkan tabung soklet yang
berisi contoh dengan labu soklet, jangan lupa mengolesi bagian ujung yang
disambungkan dengan vaselin, gunanya untuk memudahkan waktu membukanya nanti.
7. Berdirikan labu pada mantel
pemanas, dan tabung soklet yang tersambung pada labu, di klemkan pada standar,
posisinya harus berdiri tegak lurus.
8. Masukkan pelarut n-heksana dari
mulut tabung soklet, sampai terisi penuh. Setelah penuh, pelarut dengan
sendirinya akan turun ke labu soklet. Setelah tabung soklet kosong dari pelarut,
tambahkan lagi n-heksana sampai contoh yang ada dalam tabung terendam sempurna
(pelarut tidak turun ke labu soklet)
9. Pasangkan pendingin pada mulut
tabung soklet dan jangan lupa mengolesi bagian yang disambung dengan vaselin.
10. Alirkan air pendingin dari kran
ke kondensor dan periksa jika ada kebocoran. Jika terjadi kebocoran, harus
diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan.
11. Hidupkan mantel pemanas set suhu 72oC
dan pertahankan suhu dengan mengatur mantel pemanas, dan proses sokletasi dapat
dimulai.
12. Pelarut yang ada dalam labu akan
menguap karena pemanasan. Uap naik kebagian atas, dan diembunkan oleh
pendingin, lalu menetes kedalam tabung soklet dan menumpuk dalam tabung sambil
merendam contoh. Waktu merendam inilah n-heksana akan menarik minyak dari jaringan
biji buah alpukat. Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah melarutkan
minyak jarak, maka dengan sendirinya pelarut akan turun ke labu. Dilabu pelarut
kembali menguap dan meninggalkan minyak. Pelarut yang menguap kembali naik dan
mengembun kedalam tabung soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan
minyak yang masih tersisa dalam biji alpukat. Setelah penuh akan kembali turun
ke labu sambil membawa minyak. Sirkulasi terus terjadi selama proses, sehingga
akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n-heksana.
13. Bila proses dipandang telah
selesai, maka mantel pemanas dimatikan. Proses dianggap selesai setelah
dilakukan pengujian, dengan mengambil beberapa tetes larutan yang merendam
sampel dengan pipet tetes, larutan diteteskan pada selembar kertas saring,
dibiarkan beberapa saat, bila tidak meninggalkan noda berarti semua lemak telah
terekstrak dari sampel. Tetapi, bila masih meninggalkan bekas dikertas saring
berarti proses belum selesai dan harus dilanjutkan sampai tidak ada noda
dikertas. Biarkan beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari
dalam tabung soklet dan diremas, sehingga kering pelarut.pelarut hasil remasan
dimasukkan kedalam tabung soklet.
14. Setelah contoh dikeluarkan, unit
alat dipasangkan kembali, dan mantel pemanas dihidupkan lagi. Dimulai proses
pengambilan pelarut. Amati dengan teliti, bila tabung sudah hampir penuh,
pemanas cepat dimatikan dan pelarut yang ada dalam tabung diambil, disimpan
dalam botol tersendiri. Kalau terlambat dan tabung sempat penuh, maka semua
pelarut akan turun ke labu dibagian bawah, sedangkan sekarang kita pada tahap
pengambilan pelarut.
15. Bila proses pengambilan pelarut
sudah dianggap selesai, yakni minyak dalam labu sudah terlihat lebih pekat,
maka pemanas dimatikn, dan alat dilepas menjadi bagian-bagiannya.
16. Minyak yang ada dalam labu,
dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan cara memansakan dalam oven pada suhu
diatas titik didih pelarut. Dipanaskan dalam oven selama 15 menit, kemudian
didinginkan dan ditimbang.
17. Pekerjaan seperti no.16 dilakukan
beberapa kali, sampai didapatkan berat konstan.
18. Berat minyak dapat dihitung,
sehingga persentase minyak dalam biji buah alpukat juga dapat dihitung.
19. Minyak hasil sokletasi disimpan
pada botol tersendiri.
3.4.
Rangkaian Alat
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
1. Berat biji alpukat :
40 gram
2. % Rendemen : 3,56%
3. Heksana yang digunakan : 270 ml
4. % Heksana : 100%
5. Volume Heksana yang kembali : 209 ml
6. % Heksana yang kembali : 77,4%
7. Berat
hasil : 1,424
gram
Tabel 4.1
Selang Waktu Proses Refluks
Refluks
|
Selang Waktu (Menit)
|
||||||
1
|
18
|
||||||
2
|
15
|
||||||
3
|
14
|
||||||
4
|
12
|
||||||
5
|
15
|
||||||
6
|
14
|
||||||
7
|
15
|
||||||
8
|
12
|
||||||
9
|
14
|
||||||
10
|
13
|
||||||
11
|
14
|
||||||
12
|
15
|
||||||
13
|
14
|
||||||
14
|
14
|
||||||
15
|
14
|
||||||
16
|
14
|
||||||
17
|
14
|
||||||
18
|
14
|
||||||
19
|
14
|
||||||
20
|
14
|
||||||
21
|
14
|
||||||
22
|
15
|
||||||
Tabel
4.2 Berat Pengovenan
|
4.2. Pembahasan
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut
yang sama sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi
dengan sempurna (Voight, 1995).
Hal pertama yang
dilakukan pada percobaan ini adalah membersihkan labu didih, kemudian merangkai
alat sokletasi. Labu didih yang telah dibersihkan ditambahkan dengan batu didih
lalu ditimbang. Fungsi dari batu didih ialah untuk mempercepat proses
pendidihan, meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan
akibat panas yang tidak merata). Lalu hal berikutnya yang dilakukan adalah menimbang
biji buah alpukat yang telah dihancurkan dan dikeringkan sebanyak 40 gram, yang
berikutnya dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring
(selongsong telah dibuat terlebih dahulu). Biji buah alpukat dihancurkan dengan
maksud untuk memperbesar luas permukaan dan mempermudah pelepasan (penarikkan)
minyak dari biji oleh N-heksana. Selanjutnya selongsong dimasukkan ke dalam
tabung soklet dan disambungkan dengan labu didih yang dilakukan di atas mantel
pemanas (terlebih dahulu diolesi dengan vaseline
pada ujung tepi tabung soklet), berikutnya pengisian pelarut N-heksana pada
tabung soklet sebanyak 270 ml lalu disambungkan dengan kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap N-heksana yang
naik sehingga uap tersebut mencair dan turun kembali ke dalam tabung soklet
untuk melarutkan minyak. Setelah semua alat sokletasi terpasang dengan benar, air
dialirkan ke kondensor melalui selang dan diikuti dengan penghidupan mantel
pemanas.
Proses
sokletasi berlangsung, dimana pelarut (N-heksana) yang telah menguap ke kondensor
menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel sampai tinggi pelarut
dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan pelarut pada pipa sifon,
lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu
seterusnya (efek sifon). Proses ini
berlangsung selama kurang lebih 5 jam,
dengan refluks sebanyak 22 kali. Setelah proses sokletasi dianggap selesai,
lalu selongsong dikeluarkan dari tabung soklet dan diperas untuk mengambil sisa
pelarut yang masih tertinggal dan mengetahui apakah masih ada kandungan minyak
yang belum terekstrak.
Kemudian dilakukan proses pengambilan pelarut (distilasi), dan
diperoleh pelarut sebanyak 209 ml. Jumlah pelarut yang diperoleh tidak sama
dengan jumlah pelarut awal, hal ini disebabkan karena N-heksana mudah menguap
dan menguap ketika dilakukan pemasangan dan pelepasan alat sokletasi.
Selanjutnya minyak yang terekstraksi pada labu didih dimasukkan ke dalam oven
(proses pengeringan). Dilakukan sebanyak 3 kali dengan lama waktu dalam oven
selama 10 menit dan ditimbang. Diperoleh berat minyak sebesar 1,424 gram hingga
diperoleh rendemen sebesar 3,56 %.
Rendemen berdasarkan teori adalah 1,25-4% (Prasetyowati,
dkk) sedangkan rendemen yang diperoleh pada percobaan adalah sebesar 3,56 %. Rendemen
yang didapat sesuai dengan rendemen dari literature. Hal ini mebuktikan bahwa
minyak biji alpukat dalam proses ini terekstraksi sempurna.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
1.
Berat minyak yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi biji
alpukat adalah 1,424 gram dengan
% rendemen yang didapat dari hasil percobaan adalah 3,56% dari 40 gram sampel.
2. Volume Heksana yang kembali adalah 209 ml
dengan persentase volume 77,4%.
5.2. Saran
1.
Jangan
lupa untuk melumuri vaselin pada permukaan bagian alat yang akan disambungkan agar lebih mudah dalam melepas
alat.
2.
Praktikan
harus menimbang dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pada hasil yang
diperoleh.
3.
Saat
hendak membuka alat, alat harus dalam keadaan dingin.
4.
Pada
proses destilasi atau pengambilan pelarut harus diperhatikan agar pelarut tidak melewati batas pipa
kapiler yang telah ditentukan.
5.
Praktikan
harus memperhatikan dengan tepat waktu yang telah ditetapkan dalam proses
pengovenan agar tidak kelebihan dan kekurangan waktu
DAFTAR PUSTAKA
Aurora,
Najla. 2015. Alpukat. http://najlaaurora.heck.in/atasi-kulit-kering-dengan-masker-alpukat.xhtml,
Diakses 23 Maret 2015.
Berger
& Williams. (1992). Fundamental of
nursing: collaborating for optimal health. USA: Apleton & Lange.
C.G.G.J.
Van Steenis. 1975. Flora Untuk Sekolah Di
Indonesia. Jakarta Pusat : PT. Pradnya Paramita.
Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik.
Jakarta : Erlangga
Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UIPress.
Prasetyowati,
dkk. 2010. Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Dengan Metode Ekstraksi. Tesis. universitas sriwijaya.
Voight, R. 1995. Buku pelajaran teknologi farmasi,
diterjemahkan oleh soendani N.S., UGM Press ,Yogyakarta
Winarno,
F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka.
Yeni,
Kartika dan Riska P. 2009. Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat. http://www.google.com/SNTKI. Diakses 23 Maret
2015
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1.
Berat hasil
= Berat pengovenan pengukuran (3) – ( berat labu didih + batu didih )
= 208,137 gram – 206,713
gram
= 1,424 gram
2.
Volume Heksana kembali :
=
= 77,4%
3. Rendemen yang diperoleh dari percobaan adalah
:
% Rendemen = x 100%
% Rendemen =
% Rendemen = 3,56%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRATIKUM
Gambar
1.
Biji alpukat yang telah dihaluskan
Gambar 2. Proses Sokletasi Gambar 3. Proses Refluks
Gambar
4. Proses Pengovenan Gambar 5. Minyak ditimbang
Gambar 6. Minyak Biji Alpukat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar