Laporan Pratikkum Kimia Organik Destilasi Uap Langsung



PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Kelompok 4
Leni Triani                               1407112363
Maggie Darlene Lautama        1407113363
Nandra Saputra                       1407114799
Rawdatul Fadila                     1407119346
Wiriyan Jordy                          1407114165

Percobaan V
Destilasi Uap Langsung “Isolasi Minyak Atsiri Kencur”
Asisten Praktikum:
Inget Yester Yunanda
Dosen Pengampu:
Dra. Silvia Reni Yenti, Msi






Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
2015

Lembar Pengesahan Laporan Pratikum Kimia Organik

Destilasi Uap Langsung “Isolasi Minyak Atsiri”

Dosen pengampu pratikum kimia organik dengan ini menyatakan bahwa :
Kelompok 04 :
Leni Triani                       1407112363
Maggie Darlene Lautama 1407113363
Nandra Saputra                1407114799
Rawdatul Fadila               1407119346
Wiriyan Jordy                  1407114165

1.        Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen Pengampu/Asisten Pratikum.
2.        Telah menyelesaikan laporan lengkap pratikum Destilasi Uap Langsung dari pratikum  kimia organik yang disetujui oleh Dosen Pengampu/Asisten Pratikum.

Catatan Tambahan :
 
 



                                                                                                                                   
                                                                                                                                   
                                                                                                                                                Dosen Pengampu
                                                                                                                Pekanbaru,     Maret 2015


                                                                                                             Dra. Silvia Reni Yenti, Msi



ABSTRAK

Tanaman Kencur merupakan tumbuhan asli India dengan daerah penyebaran meliputi kawasan Asia Tenggara dan Cina. Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengisolasi minyak atsiri dari berbagai bahan baku, menentukan beberapa sifat fisika dan kimia minyak atsiri yang diperoleh dan menghitung rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Percobaan ini diawali dengan proses destilasi uap-air dengan cara mengontakkan kencur dengan uap di dalam alat destilasi dan uap yang dihasilkan akan terkondensasi di kondensor dan kemudian terkumpul di dalam clavenger. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara minyak dan air berdasarkan berat jenis. Dari percobaan yang dilakukan didapat kencur  yang berwarna putih dan berbau khas minyak kencur sebagai hasil destilasi uap yaitu sebanyak 3,3 ml dari 648,42 gram sampel kencur. Rendemen yang diperoleh yaitu 0,39 %. Sedangkan secara teoritis, rendemen kencur berkisar 2,4-3,9%. Jadi rendemen yang dihasilkan dari percobaan lebih kecil dari teoritis, hal ini disebabkan karena waktu pemanasan yang singkat sehingga hasilnya kurang maksimal.

Kata kunci : kencur, destilasi , rendemen

ABSTRACT

Galingale is a plant native to India with regional dissemination include Southeast Asia and China. The purpose of this experiment is to isolate the essential oils of a variety of raw materials, specifying some of the physical and chemical properties of essential oils are obtained and calculate the yield of essential oil is produced. The experiment begins with a steam-water distillation process by way of touching galingale  with steam in the steam distillation apparatus and produced will be condensed in the condenser and then collected in clavenger. Next do the separation of oil and water based on specific gravity. From experiments conducted obtained galingale which is white and smells typical oil steam distilled as a result galingale which is as much as 3.3 ml of 648,42 grams of sample galingale. Yield obtained namely 0.39%. While theoretically, galingale yield ranged from 2.4-3.9%. So yield resulting from an experiment is smaller than the theoretical, this is because the time a short warm-up so that the result is insufficient.
Keywords: galingale, distillation, yield



DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................................ i
Abstrak ................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Daftar Gambar...................................................................................................... iv
Daftar Tabel .......................................................................................................... iv
BAB I   PENDAHULUAN
              1.1.      Latar Belakang................................................................................ 1
              1.2.     Tujuan Pratikum .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Bahan Baku ................................................................................... 3
2.2.            Ekstraksi......................................................................................... 6
2.3.            Minyak Atsiri................................................................................ 13
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
              3.1.     Bahan – Bahan yang Digunakan ................................................... 22
              3.2.      Alat – Alat yang digunakan.......................................................... 22
              3.3.     Prosedur Praktikum ...................................................................... 22
              3.4      Rangkaian Alat.............................................................................. 23
BAB IV           HASIL DAN PEMBAHASAN
              4.1.     Hasil Praktikum............................................................................. 24
              4.2.     Pembahasan ................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
              5.1.     Kesimpulan ................................................................................... 27
              5.2      Saran ............................................................................................. 27
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 28
Lampiran A Laporan Sementara ........................................................................ 29
Lampiran B Perhitungan...................................................................................... 31
Lampiran C Dokumentasi Pelaksanaan Pratikum .............................................. 32
DAFTAR GAMBAR

Gambar  2.1 Kencur ..............................................................................................  6
Gambar  2.2 Alat Destilasi Uap............................................................................ 10
Gambar  2.3 Alat Destilasi Uap Air...................................................................... 11
Gambar  2.4 Alat Destilasi Air.............................................................................. 12
Gambar  2.5 Minyak Atsiri................................................................................... 14
Gambar  3.1 Rangkaian Alat Destilasi Uap........................................................... 23





































DAFTAR TABEL

Tabel 4.1                                                                             Debit Air Setiap 30 Menit            24
Tabel 4.2                                                               Berat Pengovenan Setiap 30 Menit            25
Tabel 4.3  .................................................................... Volume Minyak Setiap 1 Jam            25


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga salah satu cara memperoleh minyak atsiri adalah destilasi. Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan komponen yang berdasarkan pada perbedaan titik didih dimana komponen yang mempunyai titik didih yang rendah duluan keluar disbanding titik didih yang tinggi. Pada proses ini terjadi proses penguapian yang diikuti pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya apabila komponen lain tidak ikut menguap (titk didih lain jauh lebih tinggi). Untuk memperoleh minyak atsiri dapat juga diperoleh dengan cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipress atau dikempadan secara enzimatik (Sastrohamidjojo, 2004).
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman. Kencur (Kaempferiagalanga L.) merupakan salah satu tanaman Suku Zingiberaceae yang diketahui mengandung  minyak atsiri. Secara empirik rimpang kencur sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya untuk mengobati radang (inflamasi). Tanaman jenis rimpang-rimpangan akan lebih cocok jika minyak atsirinya diisolasi dengan menggunakan metode destilasi air (destilasi rebus). Peralatan destilasi yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan stainless steel. Kata sebutan kencur adalah kata yang biasa orang jawa menggunakan, orang Aceh menyebutnya Ceuko. Minyak atsiri kencur memiliki banyak manfaat, diantaranya dapat digunakan untuk spa, aromatherapy,dapat digunakan sebagai stimulant, dapat menghilangkan kembung pada perut, bahanpembuatansabun, bahan untuk pembuatan obat-obatan,dan masih banyak lagi manfaat dari minyak atsiri kencur (Hernani dan Marwati, 2006).
Kencur diduga berasal dari India dan kemudian dibudidayakan oleh Negara-negara di berbagai penjuru Asia tenggara, Cina selatan, hingga Australia. Di Indonesia sendiri, kencur pertama kali hadir di Maluku, sebab pada saat itu rempah-rempah di Indonesia memang berpusat di Maluku. Tanaman ini biasa tumbuh dengan baik pada musim hujan. Kencur dapat ditanam di manapun, termasuk di dalam pot asalkan terkena sinar matahari yang cukup dan tidak terlalu basah (Bahti , 1998).

1.2.       Tujuan Praktikum

1.         Mengisolasi Minyak Atsiri dari berbagai bahan baku.
2.         Menentukan beberapa sifat fisika, kimia minyak atsiri yang diperoleh.
3.         Menghitung rendemen dari percobaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Bahan Baku
Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya.
Sifat minyak atsiri sendiri antara lain :
  1. Dapat didestilasi. 
  2. Tidak meninggalkan noda. 
  3. Tidak tersabunkan. 
  4. Tidak tengik. 
  5. Tidak mengandung asam.
Itulah sifat yang membedakan minyak atsiri dengan minyak lemak (Agusta, 2000).
Dalam tanaman, keberadaan minyak atsiri bisa di berbagai tempat antara lain :
  1. Dalam rambut kelenjar seperti Labiatae, misal: kumis kucing, mentha. 
  2. Di dalam sel-sel parenkim seperti Piperaceae, misal: merica 
  3. Pada tabung minyak seperti Umbelliferae, misal: adas. 
  4. Saluran lisogen dan sisogen seperti Pinaceae & Rutaceae, misal: pinus, jeruk.
Sedang cara pembentukan minyak atsiri dalam tanaman antara lain langsung dari protoplasma, dekomposisi dari resin ataupun dengan cara hidrolisis dari glikosida tertentu.
Bila minyak atsiri baru saja didestilasi, umumnya tidak berwarna atau berwarna pucat. Penyimpanan dalam jangka waktu lama yang tidak terkontrol dapat menyebabkan minyak menjadi berwarna, mulai dari kuning tua hingga coklat. Untuk menghindari kerusakan seperti itu dapat diatasi dengan perlakuan seperti :
1.  Disimpan pada wadah tertutup rapat.
2. Terlindung dari cahaya.
3. Di tempat yang kering.
4.  Di tempat yang sejuk.
5. Disimpan penuh dalam wadah.
Pada bagian tanaman, minyak atsiri terkandung dominan misalnya :
  • Di tumbuhan Rosa sinensis, pada petala bunga. 
  • Cinamomum, pada korteks dan daun. 
  • Foeniculi vulgare, pada perikap buah. 
  • Labiatae, pada rambut kelenjar. 
  • Citrus, pada kulit buah.
Bagi tanaman penghasil minyak, minyak atsiri berfungsi sebagai insect repellant (mengusir serangga/parasit lain) dan insect attractant (menarik). Dalam beberapa hipotesis dapat disimpulkan bahwa tumbuhan akan memproduksi minyak atsiri secara maksimal jika kondisi tumbuh dalam keadaan susah, misalnya akar tanaman sulit mendapat air, struktur tanah berkapur atau jarang nutrisi makanan, dan sebagainya. Kondisi semacam itu membuat tanaman berusaha untuk memproduksi minyak atsiri agar tetap toksik terhadap serangan serangga maupun parasit lain (Agusta, 2000).
Sebagian besar minyak atsiri mempunyai sifat fisika kimia sebagai berikut :
  1. Bau khas. 
  2. Tidak larut dalam pelarut air, larut dalam eter, kloroform, dan pelarut organik lain. 
  3. Sebagian komponen kandungan minyak mudah menguap. 
  4. Yang mengandung fenol dapat membentuk garam 
  5. Dapat membentuk kristal.
Kandungan kimia semua minyak atsiri merupakan senyawa campuran dan tidak pernah dalam bentuk tunggal, misal minyak kapulaga mengandung 5 komponen besar seperti cineol, borneol, limonen, alfa-terpinilasetat dan alfa terpinen. Jika diuraikan, cineol berbau sedap tapi pedas seperti minyak kayu putih. Borneol berbau kamper seperti kapur barus, limonen harum seperti jeruk keprok, alfa-terpinilasetat berbau jeruk purut, sedang alfa terpinen berbau jeruk citrun. Nah, campuran dari kelima komponen itulah yang membuat aroma khas kapulaga.
Dari semua jenis minyak atsiri sebenarnya tersusun dari jalur biosintesis metabolit sekunder :
  1. Asetat- mevalonat untuk golongan terpenoid. 
  2. Jalur sikimat-fenil propan untuk golongan aromatik.
Contoh kerangka minyak atsiri :
1. Monoterpen yaitu :
            a.  Asiklis.
            b.  Siklis
2. Seskuiterpen.
3. Senyawa fenil propanoid
Cara penyarian minyak atsiri ada beberapa metode tergantung dari jenis dan sifat dari bahan baku dan minyak atsirinya. Beberapa metode umum yang biasa digunakan antara lain :
1. Destilasi (air, uap dan air-uap)
2. Pengepresan
3. Ekstraksi
4. Enfleurasi
5. Hidrolisis glikosida tertentu.
(Agusta, 2000).

2.1.1.   Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Nama lainnya adalah cekur (Malaysia) dan pro hom (Thailand). Dalam pustaka internasional (bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan dengan menyebut kencur sebagai lesser galangal (Alpinia officinarum) maupun zedoary (temu putih), yang sebetulnya spesies yang berbeda dan bukan merupakan rempah pengganti. Terdapat pula kerabat dekat kencur yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), namun mudah dibedakan dari daunnya.
Nama kencur dipinjam dari bahasa Sanskerta, kachora, yang berarti temu putih (Curcuma zedoaria). Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah ternaungi (Agusta , 2000)


Ciri-ciri Kencur











Gambar 2.1. Kencur (Agusta , 2000)

2.2   Ekstraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Jenis-jenis ekstraksi akan dijelaskan sebagai berikut :
2.2.1 Isolasi
Jenis-jenis isolasi terdiri dari maserasi, sokletasi, perkolasi serta refluks. Jenis-jenis isolasi sebagai berikut :
1.       Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Bahti , 1998).
2.       Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (Bahti , 1998)
3.       Prinsip Sokletasi
          Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Proses pengambilan minyak dari ampas kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi (Bahti , 1998)
          Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan kondensor. Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk mempermudah pelarutan senyawa (Rusli , 2013).
4.         Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnyaberlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Sahidin , 2008)

2.2.2  Pengepresan Mekanik
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%).Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan, dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu :
a.      Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4-6%,tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik (Sudjadi , 1986).
b.      Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5%-3,5%,sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4%-5%. Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi (Sudjadi , 1986).

2.2.3    Distilasi (Penyulingan)
Pertama kali destilasi dikenalkan oleh seorang kimiawan Babilonia di Mesopotamia pad millennium ke-2 sebelum masehi. Namun untk industri dibawa oleh kimiwan muslim dalam proses mengisolasi ester untuk membuat parfum. Pada abad ke-8 kimiawan muslim juga berhasil mendapatkan substan kimia yang benar-benar murni melalui proses destilasi. Pada tahun 800-an ahli kimia Persia, Jabir ibnu Hayam menjadi insprasi dalam destilasi skala mikro, karena penemuannya di bidang destilasi yang masih dipakai sampai sekarang. Petroleum pertama kali di dsetilasi oleh kimiawan muslim yang bernama Al-Razi pada abad ke-9, untuk destilasi karosin/ minyak tanah pertama ditemukan oleh Avicenna pada awal abad ke-11 (Bahti , 1998).
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini (Rusli , 2013).
Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873). Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling (Rusli , 2013)
     Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Sahidin , 1986).
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Sahidin , 1986).
Metode ini sering digunakan dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan dan pemurnian komponen cair. Prosesnya, diawali dengan penguapan senyawa cair dengan pemanasan kemudian pengembunan uap yang terbentuk kemudian ditampung kemudian destilat. Dalam prosesnya terdapat kesetimbangan senyawa volatil antara fase cair dan fase uap (Sahidin , 1986).

Jenis-jenis destilasi dijelaskan sebagai berikut :
1.          Destilasi Uap
Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang dihasilkan lazimnya memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Uap yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri akan enguap terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling uap langsung (Bahti , 1998).




 










Gambar 2.2. Alat Destilasi Uap (Bahti , 1998)
            Keterangan :
1.      Pemasukan uap
2.      Pengukur suhu
3.      Pengeluaran kondensat
4.      Pengosongan
5.      Kaca pengontrol
6.      Pemasukan air dingin
7.      Pengeluaran air dingin
8.      Hasil sulingan
9.      Pengeluaran air
10.  Kran pengeluaran minyak

2.            Destilasi Uap-Air
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang kontruksinya hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini disebut juga pengukusan. Air dididihkan pada bagian bawah alat . Minyak atsiri akan ikur bersama aliran uap yang kemudian dialirkan ke kondensor. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling pengukus. Temperatur steam harus dikontrol agar hanya cukup untuk memaksa bahan melepas minyak atsirinya dan tidak membakar bahan. Uap yang dipakai bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 100oC, sehingga waktu distilasi bisa lebih cepat mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri. Cara ini menghasilkan minyak atsiri dengan mutu yang tinggi. Keuntungan daripada destilasi uap- air yaitu baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidih (kering menuju dimaserasi dulu), peralatan mudah didapat dengan hasil yang baik dan kualitas minyak lebih bail, karena tidak terjadi hidrolisa (Bahti , 1998).
 













Gambar 2.3. Alat destilasi uap-air (Bahti , 1998)
           
Keterangan :
1.    Pemasukan uap
2.    Pengeluaran kondensat
3.    Pengosongan
4.    Air
5.    Simplisia
6.    Lempeng lubang-lubang
7.    Ke kondensor pendingin

3.             Destilasi Air
Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung. Metode ini disebut juga metode perebusan. Ketika bahan direbus, minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk dikondensasi. Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. Contoh bahan yang diproses dengan netode ini : bunga mawar, bunga-bunga jeruk. Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir sehingga air bisa mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 100oC. Biasanya dilakukan bila bahan atau minyak atsiri rentan terhadap suhu (Bahti , 1998).
 












Gambar 2.4. Alat Destilasi Air (Bahti , 1998)
            Keterangan :
1.      Pemasukan
2.      Pemasukan uap langsung
3.      Simplisia dan air
4.      Isolasi penahan panas
5.      Pengheluaran air
6.      Pemasukan air
7.      Kran pengeluaran minyak atsiri
8.      Pengosongan
9.      Pengeluaran kondensat
10.  Pengaman
Pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok pada ketiga alat penyulingan tersebut. Namun, pemilihan tergantung pada metode yang digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan (Bahti , 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu:
1.      Difusi atau perembesan  minyak atsiri oleh air panas melalui selaput tanaman yang disebut hidrodifusi
2.      Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari minyak atsiri
3.      Peruraian terjadi oleh panas

2.3.Minyak Atsiri
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat ditemukandalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna (Ketaren,1985).

2.3.1.   Manfaat Minyak Atsiri
\https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNlXem8QStCOMmDUHNMwomIMglc1PZKRULMdPlgE1LQeA_wLrDCI9NVHlodtmVGnFOV45LjXUj7aRZUfussZSRUC48wNnbN-ZPEnz7y6pjcWe6umrtK_sHHXte6_2xNpiTRr2jBSfr8dg/s200/essential_oil.jpg
Gambar 2.5.  Minyak Atsiri
Minyak Atsiri menjadi lebih populer sepanjang waktu dengan era baru perawatan kesehatan alternatif. Di bawah ini adalah manfaat dan kegunaan minyak atsiri, selain baunya yang harum minyak jenis ini juga memiliki khasiat yang luar biasa
            Minyak atsiri membantu mengelola stres dan mempromosikan relaksasi.
Minyak atsiri sangat aktif terhadap bakteri, jamur dan virus dengan kekuatan kulit lebih baik penetrasi dari antibiotik konvensional. Oleh karena itu mereka dapat bermanfaat sangat baik terhadap berbagai macam infeksi kulit. Minyak atsiri menyeimbangkan produksi sebum dan karenanya sangat baik untuk mengobati semua jenis kulit, kering, berminyak, kombinasi dan normal. Minyak atsiri adalah antiseptik. Minyak atsiri telah ditunjukkan untuk menghancurkan semua bakteri uji dan virus sekaligus mengembalikan keseimbangan tubuh. Dengan membantu meningkatkan asimilasi nutrisi pada tingkat sel dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan, minyak esensial dapat membantu merangsang sistem kekebalan tubuh. Minyak atsiri mengandung blok bangunan untuk kesehatan yang baik, termasuk mineral dan asam amino.
 Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk mencerna bahan kimia beracun dalam tubuh. Minyak atsiri merangsang aktivitas enzimatik, mendukung kesehatan pencernaan.
Minyak atsiri adalah antioksidan kuat. Antioksidan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi radikal bebas, sehingga membantu untuk mencegah mutasi. Sebagai pemulung radikal bebas, mereka juga dapat membantu mencegah pertumbuhan jamur dan oksidasi dalam sel. Minyak atsiri akan ditampilkan untuk detoksifikasi sel dan darah dalam tubuh. (Keraten , 1985).

2.3.2.   Karakteristik Minyak Atsiri
1.      Sifat Fisika Minyak Atsiri
Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam minyak asal (Keraten , 1985).
            Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.
a.      Bau yang karakteristik
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
b.      Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan, penetrasi uap pada bahan  berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979. (Gunther, 1987).
c.       Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi. (Gunther, 1987).
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai 1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910. (Gunther, 1987).
d.      Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran. Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat. (Gunther, 1987).
e.       Kelarutan Dalam Alkohol
            Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanolpada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik. (Gunther, 1987).
            Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut dalam alkohol. (Gunther, 1987).
f.        Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama. (Gunther, 1987).

2.      Sifat Kimia Minyak Atsiri
a.      Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak (Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus (Gunther, 1990).
b.      Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah (Gunther, 1990).
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak tersebut (Gunther, 1990).
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi.
a.      Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).
b.      Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).
c.       Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
      1.      Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

      2.      Proses ekstraksi
      a.       Proses ekstraksi
          Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
      b.      Proses distilasi
           Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu tinggi.
      c.       Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri berkontak dengan udara.
2.3.3.   Minyak Atsiri Kencur
Rimpang digunakan untuk bumbu masak, obat batuk dan nyeri dada. Minyak atsiri dipa­kai untuk aromaticum, corrigen odoris ataupun sebagai odoransia. Rimpangnya bersifat analgeticum, yakni bisa meredakan rasa sa­kit pada gigi, sakit kepala ataupun rematik. Juga merangsang keluar­nya angin perut (carminativum), penghangat badan serta sti­mu­lan­sia. Rim­pang yang dimaserasi dengan alkohol digunakan untuk me­ngurut kaki keseleo, otot kaki yang layu ataupun untuk mengencangkan urat-urat / otot-otot. Berdasarkan analisis laboratorium, minyak atsiri dalam rimpang kencur mengandung kurang lebih 23 macam senyawa. (Yuwono, 1992).
Di Cina, kencur digunakan untuk obat berbagai penyakit, seperti memar, nyeri dada, dan sembelit. Kabarnya, kencur juga bisa untuk mengobati tetanus, radang lambung, muntah-muntah, panas dalam serta keracunan. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Satu hal yang tidak asing dimasyarakat kita, kencur dijadikan sebagai minuman segar, Beras Kencur. Beras kencur telah lama dipergunakan masyarakat Indonesia sebagai jamu penambah daya tahan tubuh dan menghilangkan masuk angin serta  kelelahan (Yuwono, 1992).






BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.    Bahan – Bahan yang Digunakan
1.      Kencur
2.      Akuades

3.2.       Alat – Alat yang Digunakan
1.      Satu set/unit alat destilasi uap
2.      Pisau
3.      Erlemeyer 250 ml
4.      Gelas ukur 250 ml
5.      Cawan Penguap
           
3.3.    Prosedur Praktikum
1. Bahan dibiarkan layu 1 hari di suhu kamar.
2. Dipotong – potong sampai ukuran lebih kurang 0,5 cm.
3. Ditimbang dalam jumlah tertentu, masukkan kedalam ketel alat destilasi uap.
4. Tambahkann air secukupnya sampai batas yang ditentukan.
5. Rangkaikan unit destilasi uap.
6. Lakukan destilasi sampai 6 jam, dan biarkan destilat ditampung didalam clavenger sampai proses destilasi selesai.
7. Hasill atau destilat dipisahkan dan dimasukkan ke dalam gelas ukur, ambil bagian minyak atsirinya, timmbang berat perolehan.
8. Catat warna minyak, bau minyak dan hitung rendemen destilat yang didapatkan.


3.4.    Rangkaian Alat
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destilasi Uap
Keterangan :
1.      Statif
2.      Kondensor
3.      Aliran air masuk dari kran
4.      Aliran keluar dari kondensor
5.      Unit Clavenger
6.      Ketel Uap
7.      Pemanas/Sumber arus
8.      Elemen Pemanas
9.      Sekat tempat sampel


 
 



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil Pengamatan
            Berat Sampel                                           :   648,42 gram
            Berat cawan penguap                               :   28,21 gram
            Berat sampel untuk mengukur kadar air  :   4,77 gram
            Waktu destilasi dimulai                            :   Jam 11.51 WIB
            Waktu tetesan pertama minyak                :   Jam 13.00 WIB
            Lama proses destilasi                               :   6 jam
            Berat minyak kencur yang diperoleh       :   2,55 gram
            Volume minyak kencur yang diperoleh   :   3,3 ml
            % Rendemen                                           :   0,39%
            % Kadar air pada kencur                         :   83,48%
           
Tabel 4.1 Debit air setiap 30 menit
Aliran ke-
Waktu
Debit
1
11.54 WIB
67,02 ml/s
2
12.24 WIB
66,31 ml/s
3
12.54 WIB
63,45 ml/s
4
13.24 WIB
59,81 ml/s
5
13.54 WIB
55,93 ml/s
6
14.24 WIB
51,86 ml/s
7
14.54 WIB
48,16 ml/s
8
15.24 WIB
55,56 ml/s
9
15.54 WIB
61,58 ml/s
10
16.24 WIB
64,94 ml/s
11
16.54 WIB
55,56 ml/s
12
17.24 WIB
60,24 ml/s
13
17.54 WIB
66,67 ml/s


Tabel 4.2 Berat pengovenan selama 30 menit
Pengovenan ke-
Waktu
Berat
1
12.24 WIB
3,74 gram
2
12.54 WIB
3,12 gram
3
13.24 WIB
2,43 gram
4
13.54 WIB
1,82 gram
5
14.24 WIB
1,39 gram
6
14.54 WIB
1,09 gram
7
15.24 WIB
0,79 gram
8
15.54 WIB
0,79 gram

Tabel 4.3 Volume minyak setiap 1 jam
Waktu
Volume
14.00 WIB
1,6 ml
15.00 WIB
2,4 ml
16.00 WIB
2,6 ml
17.00 WIB
2,8 ml
18.00 WIB
3,3 ml

4.2       Pembahasan
            Pada percobaan ini menggunakan proses destilasi uap-air langsung. Pada awalnya, sampel dipotong kecil-kecil dan dibiarkan selama satu hari pada suhu kamar. Pemotongan hingga kecil-kecil bertujuan untuk memperbesar luas bidang sentuh sampel sehingga memungkinkan jumlah minyak yang dihasilkan lebih banyak. Sedangkan sampel dibiarkan selama 1 hari pada suhu kamar bertujuan untuk menguapkan sebagian air yang terdapat dalam bahan sehingga proses destilasi lebih mudah dan lebih singkat.
            Ketel uap diisi dengan air hingga batas yang telah ditentukan, lalu letakkan sampel yang telah dipotong diatas tray. Ketel uap berfungsi sebagai wadah pemanas air, sedangkan tray sendiri memiliki bentuk yang berpori dimaksudkan untuk lewatnya uap air yang akan membawa minyak atsiri dari sampel yang digunakan. Kemudian proses destilasi dimulai dengan menghidupkan air yang telah terpasang pada kondensor dan juga mencolokkan stop kontak untuk menghidupkan alat pemanas pada ketel uap yang telah dirangkai dengan clavenger dan kondensor.
            Ketika proses destilasi berlangsung, air yang dipanaskan akan menjadi uap air yang akan membawa partikel minyak atsiri dari kencur untuk dialirkan kedalam kondensor. Didalam kondensor terjadi proses perubahan fasa gas menjadi fasa cair. Uap akan kembali menjadi cair karena pengembunan yang terjadi pada kondensor dan akan jatuh ke clavenger. Pada clavenger inilah tempat menampung destilat yang terdiri dari minyak dan air. Namun minyak dan air ini tidak dapat bercampur karena perbedaan massa jenis. Minyak berada diatas dikarenakan massa jenis dari minyak itu sendiri berdasarkan teori adalah 0,708 gr/ml lebih ringan jika dibandingkan dengan air memiliki massa jenis 1 gr/ml. Hal inilah yang membuat minyak berada diatas dan air berada dibawah pada clavenger.
            Minyak atsiri dengan menggunakan sampel kencur dari percobaan ini berwarna putih dan terdapat serat-serat minyak. Minyak ini mempunyai bau yang khas seperti bahan baku utama yang digunakan yaitu kencur. Minyak yang diperoleh dari percobaan ini adalah 2,55 gram dengan volume minyak 3,3 ml, sedangkan rendemen yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah 0,39%, sementara rendemen teoritis minyak atsiri kencur adalah 2,4-3,9%. Rendemen percobaan lebih sedikit dibandingkan rendemen teoritis, hal ini dikarenakan waktu proses destilasi yang kurang lama sehingga hasilnya kurang maksimal. Laju debit air pada proses destilasi yang diukur setiap 30 menit sekali hingga destilasi selesai memiliki rata-rata 59,77 ml/s. Laju debit air berpengaruh terhadap suhu air didalam kondensor. Semakin laju debit air, maka semakin rendah suhu air yang ada didalam kondensor, sehingga uap yang mengandung komponen minyak yang dicairkan akan semakin banyak.


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
1.      Minyak atsiri dari bahan baku kencur dapat diperoleh dengan metode destilasi uap-air.
2.      Minyak atsiri kencur yang diperoleh dari percobaan memiliki bau yang khas seperti bahan baku utama nya, berwarna putih, dan mudah menguap.
3.      Rendemen minyak atsiri kencur yang dioperoleh dari percobaan adalah 0,39% dengan berat minyak 2,55 gram dan volume minyak 3,3 ml.

5.2  Saran
1.   Pemasangan alat destilasi dilakukan dengan hati-hati dan benar, ujung bagian alat yang akan disambung diberi vaseline agar proses pelepasan rangkaian alat lebih mudah dilakukan.
2.   Jangan melepas alat destilasi ketika dalam keadaan panas karena bisa mengakibatkan kerusakan alat laboratorium.
3.   Pemisahan minyak dan air pada clavenger harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai minyak ikut jatuh bersamaan dengan air yang dibuang karena akan mengurangi volume minyak yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A., 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB.
Bandung.
Bahti . 1998 . Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran. Bandung.
Gunther, E., 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunther, E., 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Hemani , Mawarti . 2006 . Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian . Balai Besar Litbang
Rusli . 2013 . Pemisahan Kimia Untuk Universitas. Bandung. Erlangga
Sahidin . 2008 . Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari
Satrohamidjojo, H . 2004 . Kimia Minyak Atsiri. UGM Press, Yogyakarta
Sudjadi, Drs., .1986 . Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta
Wonorahardjo, Surjani. 2013. Metode-Metode Pemisahan Kimia sebuah pengantar . Jakarta: Indeks
Kataren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. UI Press , Jakarta
Van Winkel, M. 1967. Distillation . McGraw-Hill . New york
Voight, R. 1995. Buku pelajaran teknologi farmasi, diterjemahkan oleh Soendani N.S., UGM Press ,Yogyakarta
Yuwono, L.A. Jayanto, H. 1992. Skripsi : Pemisahan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk. . Surabaya.


















































LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1.    Rendemen yang diperoleh dari percobaan adalah :
     % Rendemen =  x 100%
     % Rendemen =  
     % Rendemen = 0,39%
2.    Kadar air yang diperoleh dari percobaan adalah :
     % Rendemen =  
     % Rendemen = 83,48%














LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRATIKUM
 









Gambar 1 Rangkaian Alat Destilasi Uap
                     

 







        Gambar 2 Proses Pengovenan                                  Gambar 3 Proses Destilasi
                   

 






Gambar 4 Minyak Atsiri dari Kencur
 









Gambar 5 Air Hasil Penguapan yang tidak Digunakan







 


edit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama

ESTERIFIKASI, ASETILASI, ASILASI, SAPONIFIKASI, SOKLETASI, DESTILASI, ESTRAKSI

Mengenai Saya

Foto saya
Chemical Engineering UR'14 Facebook : Mag'z DL Instagram : @magz_maggiee 17 : @magz_maggiee Twitter : @magz_mizukikayo
Diberdayakan oleh Blogger.
© Design 1/2 a px. · 2015 · Pattern Template by Simzu · © Content Laporan Pratikkum Kimia Organik